-->

Welcome!

I am Putra Riestanop Graphic Designer Marketing Branding Content Creator

View Work Hire Me!

About Me

Graphic Design
Marketing
Development
Who am i

Putra Riestanop

Professional Graphic Designer and Marketing

A graphic design enthusiast majoring in public relations at Diponegoro University. Strong background in several areas, including public speaking, digital marketing, graphic design, and cinematography. Enjoys working in a multi-tasking environment where individual performance is appreciated as well as collaboration between teams. Effective in working on projects in conjunction with operational teams to ensure smooth and efficient operations. Capable of taking on challenging roles within a competitive organization, combining a wide range of experiences, and the desire to further develop one's expertise. .

Services

Graphic Design

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat

Development

Marketing

Public Relations

Our Blog

Ge-Er Sama Tuhan

Ge-Er Sama Tuhan

Semarang, Putra Riestanop. Teman-teman, suatu ketika aku pernah merasa menjadi manusia yang paling diperhatikan oleh Allah. Aku merasakan paling dituruti, atau bahkan merasa paling dimanja oleh-Nya. Padahal aku amat yakin bahwa amalan perbuatanku belumlah seberapa atau mungkin jauh dari kata sempurna, dan baik berdasarkan tuntunan yang ada di Alquran dan sunah. Belum hal-hal yang melanggar syariat dan diharamkan oleh Allah, aku pun masih tetap lakukan. Tapi, mengapa Allah begitu teramat baik kepadaku?  Ternyata jelaslah Allah telah menjelaskan tabiat hamba-Nya yang sepertiku di dalam kalam-Nya.

“Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.” QS. Al-Fajr (15)
“Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “Tuhanku telah menghinaku.” QS. Al-Fajr (16)

Naah, dalam ayat tersebut kita perlu perhatikan bahwa Allah telah memberitahu sifatnya manusia yang sebenarnya sangat selalu ingin hidup nikmat tanpa masalah atau ujian, serta tidak pernah mau mendapatkan kesulitan yang sebenarnya itu adalah ujian, yang berujung berupa cercaan dan jauh dari ungkapan syukur. Jadi, apa yang pernah hinggap dibenak kita saat rezeki lancar, keberuntungan selalu hadir kemudian kita membenarkan bahwa itu kemuliaan dari Allah, namun sebaliknya saat kita ditimpa musibah yang menyulitkan, rezeki tak kunjung datang, bahkan bercucuran air mata yang menjadikan kita berspekulasi dan membenarkan bahwa Allah begitu tidak adil kepada hamba-Nya adalah tabiat yang tidak adil atau bahkan dzalim kepada Allah Subhanahu Wata’ala, naudzubillah.
Teman-teman yang dirahmati Allah, sikap seorang Muslim yang sebaiknya-baiknya ketika mendapatkan kebaikan atau keburukan adalah tetap berpegang teguh terhadap sikap syukur, tawakal, dan radja kepada Allah. Sebagaimana dalam hadis indah berikut.
Dari Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:

 Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya”[ HSR Muslim (no. 2999).

Hadis yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan bersyukur di saat senang dan bersabar di saat susah, bahkan kedua sifat inilah yang merupakan penyempurna keimanan seorang hamba. Abdullah bin Mas’ud berkata:

“Iman itu terbagi menjadi dua bagian; sebagiannya (adalah) sabar dan sebagian (lainnya adalah) syukur” [Dinukil oleh imam Ibnul Qayyim dalam kitab “’Uddatush shaabiriin” (hal. 88)

Jadi... Ge-Er sama Tuhan itu gak boleh yaa? Justru itu boleh banget, Ge-Er itu prasangka yang baik kepada Allah, dan itu yang memang harus selalu ada pada diri kita sebagai hamba. Namun perlu dicatat, kita wajib berprasangka baik dalam semua kondisi, baik ketika ditimpa kebaikan atau nikmat, juga saat ditimpa kesulitan atau musibah. Tujuannya agar apa? Dan mengapa? Tujuannya agar kita tidak binasa karena kekufuran kita itu, pantaskah kita mengkufuri nikmat Allah? yang mana tak bisa kita hitung sejak kita diciptakan, bahkan ujian pun adalah wujud sayang-Nya Allah dan itu menjadi bagian dari suatu nikmat. Bahkan saat sobat semua bisa berkata ‘Nikmat’ saat sobat dapat mengedipkan mata, atau bahkan men-scroll layar gawai itu adalah suatu nikmat. Lantas, saya tanyakan lagi. Pantaskah kita mengkufuri segala hal yang Allah berikan? Tentu sangatlah tidak pantas. Maka ketika bersyukur dalam keadaan apapun, Allah telah menjamin akan menambah limpahan kenikmatan, Sebagaimana firman Allah SWT,
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, maka pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,” QS. Ibrahim (7)
Maka dari itu. Yuk, kita tingkatkan dan selalu besyukur serta selalu berprasangka baik kepada Allah yang lebih mencintai kita melebihi kasih sayang ibu kita sendiri, yang lebih tahu apa yang terbaik untuk diri kita, Yang Maha Tahu keburukan atau kebaikan yang akan datang kepada kita, maka sangat benar menjadi seorang Muslim begitu indah dan baik, karena senang dan dukanya selalu diliputi syukur dan sabar. Selamat ber-Ge-Er setiap saat kepada Allah teman-teman






Back To Way of Life


  Back To Way of Life
(Putra Riestanop)



Di dalam memahami persatuan ummat Muslim kita harus juga memahami kondisi ummat Muslim saat ini. Diantaranya muncul berbagai firqah pada ummat Muslim yang bersemi di berbagai negara di seluruh dunia sehingga memetakan ummat Muslim. Maka persatuan apa yang sebenarnya kita harapkan di dalam ummat Muslim? Maka di era saat ini  tentu solusi persatuan yang hakiki dan menyeluruh yang mana mengikat setiap relung dan jiwa ummat Muslim untuk bersatu padu di dalam menyelesaikan konflik dan penjajahan yang ada sehingga dapat mengembalikan kejayaan Islam yang sempat ditorehkan dan kini menjadi prasasti yang hanya dikenang bagi yang rindu akan masa keemasan itu. Tentu kita tak mau hanya menjadi generasi yang terus mengenang prasasti peninggalan nenek moyang kita namun tak ada keinginan untuk merebut kembali kejayaan ummat Islam dari berbagai aspek, mengambalikan negeri Muslim dari para penjajah kafir, dan membangun peradaban sesuai syariat Islam. Sebagian yang skeptis akan menganggap itu utopis. Tetapi, bukankah Allah telah menjamin akan kemenangan ummat Islam kelak di akhir zaman.
Setelah runtuhnya kekhalifahan terakhir Utsmaniyah di Turki, bagaikan tanda memejamkan mata ummat Muslim sehingga tertidur pulas. Kemudian sampai di era saat ini yang mana eranya pesakitan bagi ummat Muslim di seluruh dunia, kita diperkosa dimana-mana, diambil dan direnggut kekayaan, aset, dan kehormatan kita oleh mereka para musuh Allah. Memang semua itu sudah dinubuatkan oleh baginda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati,” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud).
Sebagaimana sabda beliau nabi shallallahu’alaihi wa sallam yang kini sudah kita lihat kondisi ummat yang memang benar-benar dihancurkan dari berbagai sudut oleh orang-orang kafir, dengan adanya berbagai konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia. Seperti penjajahan yang masih ada sampai saat ini oleh negara hoax Israel kepada Palestina, genosida oleh pemerintahan komunis Tiongkok kepada ummat Muslim Uighur, genosida pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohingya, konflik Suriah yang sangat rumit dan memakan banyak korban ummat Muslim, serta konflik antara Yaman dan Arab juga sekelumit permasalahan lainnya di dunia yang juga kini menjangkiti ummat Muslim di Indonesia seperti banyaknya ummat Islam di Indonesia tapi hanya sedikit yang memahami agamanya, banyaknya ummat Islam tapi kebanyakannya penganut sekuler dan liberal. Kemudian, permasalahan lainnya dewasa kini yang menjangkiti ummat Muslim di berbagai belahan dunia diantaranya, kemiskinan, ketertinggalan teknologi, akhlak yang buruk, pendidikan yang parah, pergaulan yang amburadul yang menjadikan kaum Muslim terpuruk dimana-mana.
Maka dari itu, ada sesuatu yang mendasar yang telah lama hilang di dalam ummat Muslim itu sendiri. Di dalam sejarah peradaban dunia, apabila mengalami kemajuan maka yang perlu diperhatikan adalah kesamaan taraf berfikir, yang mana mengalami peningkatan. Taraf berfikir yang seperti apa yang dimaksud? Taraf berfikir yang dimaksud yaitu konsep atau cara pandang seseorang terhadap kehidupan yang lazim disebut way of life. Maka untuk menyatukan ummat yang sudah terpecah belah, langkah sederhana diawali dari diri sendiri melalui peningkatan konsep hidup agar berdasarkan jalan yang haq yaitu Islam. Karena setiap individu adalah partikel  dari berdirinya ummat. Jika setiap individu Muslim sudah hancur akidahnya, maka imbasnya akan menjadikan satu ummat yang juga hancur akidah nya.
            Kita harus memahami bahwasanya way of life seorang Muslim adalah jalan hidup individu yang berdasarkan tuntunan pedoman kehidupan yaitu Alquran dan hadis. Karena Alquran adalah kitab yang sudah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia juga solusi permasalahan ummat, begitupun di dalam hadis Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Jika seorang Muslim sudah berikrar hidup berdasarkan jalan lurus yaitu Islam, maka akan memahami tujuan penciptaan manusia oleh Allah yaitu tidak lain hanya untuk beribadah. Allah Ta’ala berfirman,
ÙˆَÙ…َا Ø®َÙ„َÙ‚ْتُ الْجِÙ†َّ ÙˆَالْØ¥ِÙ†ْسَ Ø¥ِÙ„َّا Ù„ِÙŠَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Untuk mewujudkan hidup untuk beribadah kepada Allah maka di dalam bersikap, berprilaku harus berdasarkan aturan dan hukum Islam, serta segala aktifitas seorang Muslim tidak akan lepas dari beribadah termasuk di dalam bermuamalah dengan sesama Muslim. Maka imbasnya, akan muncul rasa kecintaan terhadap agamanya sendiri, sehingga segala apapun yang berkaitan dengan Islam dan ummat akan di prioritaskan di atas apapun, sehingga dapat menjadi pelopor dari persatuan ummat Muslim. Akan tetapi pemahaman individu Muslim mengenai tujuan diciptakan manusia untuk beribadah kepada Allah, melaksanakan ibadah sesuai tuntunan baginda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dewasa kini tidak menjadi pegangan dan prinsip hidup setiap individu.
Banyak narasi yang dilakukan orang-orang kafir untuk menjatuhkan ummat Muslim yang mana berdasarkan hadis mereka memang telah dihilangkan rasa takutnya terhadap kaum Muslim. Mereka para musuh Allah tahu betul jika ummat Islam kembali kepada way of life seorang Muslim akan menghasilkan persatuan ummat yang solid dan tak terkalahkan seperti masa kejayaan ummat Islam dahulu. Maka dari itu, saat ini prinsip hidup setiap muslim sudah dikotomi oleh berbagai paham-paham asing yang mana disalurkan melalui peran media yang begitu masif, tontonan-tontonan yang tidak pantas, pembodohan tersistematis melalui buku-buku pelajaran, sehingga imbasnya setiap diri Muslim akan kehilangan jati dirinya serta izzah sebagai seorang Muslim, kebanyakan kini berlomba-lomba di dalam mencari kebahagiaan dunia dengan cara yang jauh dari ajaran Islam bahkan diharamkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala, banyak yang lupa untuk apa diciptakan dan tidak menjadikan Islam sebagai landasan utama di dalam menjalankan hidup.
Selain itu setiap Muslim kehilangan identitas dirinya dan rasa bangga sebagai seseorang yang beragama yang haq dan diridai Allah yaitu Islam. Sehingga menjadikan setiap individu Muslim hanya sebatas menjadikan agama sebagai ritual keagamaan atau lebih parahnya kini banyak yang beranggapan iman cukup dihati dan agama tidak boleh dibawa-bawa keberbagai sendi kehidupan. Maka imbasnya kebanyakan orang-orang Muslim kini bersikap apatis terhadap agamanya sendiri dan sesama Muslim. Padahal kita tahu di dalam Islam antara satu Muslim dengan Muslim yang lain adalah satu kesatuan yang utuh, yang mana Allah jadikan ummat Islam sebagai ummat terbaik.
Konsep way of life a Muslim adalah konsep yang berisi akumulasi nilai-nilai dan aturan hidup Muslim yang kaaffah akan agama Islam.  Sehingga jika setiap individu sudah menjadi seorang Muslim yang kaaffah, maka sudah tak ada keraguan lagi terhadap Alquran dan hadis, kemudian akan dengan tersistematis muncul keinginan persatuan ummat diatas segalanya.
Bayangkan jika setiap Muslim sudah menjalani hidup dengan Alquran dan sunnah yang mana menjadi way of life seorang Muslim. Maka di dalam bermuamalah tidak akan terjadi konflik, tidak akan ada ketegangan antar firqah, dan tidak akan ada saling sinis, yang dapat meruntuhkan Ukhuwah Islamiyah. Namun sebaliknya, ketika seorang Muslim sudah tidak mengenal jalan hidupnya sebagai seseorang yang memiliki pedoman hidup yaitu Alquran dan hadis, maka akan mudah terjadi perpecahan ummat, mudah di adu domba, saling mencaci, dan imbasnya tentu sikap in-group terhadap kelompoknya dan out-group terhadap kelompok lain padahal sesama beragama Islam. Selain itu, saat seorang Muslim tidak mengambil way of life a Muslim di dalam menjalani  hidup akan kehilangan tujuan arah hidup, akan dilenakan oleh dunia, terserang penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati), menganut ideologi asing yang mencemari pemikiran yaitu sekulerisme dan liberalisme. Maka hal-hal itulah yang menjadi penghambat persatuan ummat karena hilangnya izzah dan ghirah sehingga memunculkan sikap apatis dan tak ingin bahu membahu bersatu di dalam menyelesaikan permasalahan yang diderita kaum Muslim yang sedang di zalimis, bahkan tidak melakukan pembelaan saat agamanya di nistakan oleh orang kafir dan munafiq.
Perlu kita ketahui bahwa way of life inilah yang akan mengikat ummat menjadi satu kesatuan kolektif, juga di dalam kesamaan pemikiran sehingga menjadi suatu dasar di dalam menumbuhkan kepekaan dengan sesama Muslim tanpa lagi melihat perbedaan firqah, perbedaan ras dan suku, melainkan melihatnya persamaan yaitu sama-sama beragama Islam, yang mana patut dikasihi, dihargai, dibantu dan menjalin kerjasama membangun peradaban. Maka dari itu persatuan ummat Muslim untuk membangun kembali kejayaan bukanlah suatu yang utopis, hal tersebut dapat diwujudkan dari kesadaran setiap individu Muslim di dalam menjalani hidup apakah sudah berdasarkan jalan Islam atau justru mengikuti jalan kesesatan. Karena setiap individu itulah yang akan memberi respon terhadap individu lainnya, apabila seseorang sudah berislam dengan baik atau secara kaaffah maka dia akan menjadi pribadi yang mementingkan persatuan ummat, dan berupaya berdasarkan keahliannya memberi andil membangun kembali kejayaan Islam. Dengan mengambil jalan hidup sesuai dengan Islam pulalah yang membentuk generasi rabbani dan madani dengan kualitas keimanan dan akidah yang baik. Sehingga Palestina merdeka menjadi nyata, juga konflik saudara sesama Muslim tidak ada lagi, Islam akan menjadi agama yang rahmatan lil ‘alamin bagi seluruh semesta alam saat ummatnya bangkit dan menjadi pengendali dunia, karena itu adalah sunnatullah yang perlu di perjuangkan.



Daftar Pustaka
Siauw, Felix. 2010. Beyond the Inspiration. Khilafah Press. Jakarta.
Saefullah, Saad. 2017. Umat Islam Akhir Zaman Seperti Buih di Lautan. Artikel. Dikutip dari https://www.islampos.com/umat-islam-akhir-zaman-seperti-buih-di-lautan-45530/. 22 Oktober.


Contact Us

Phone :

+20 010 2517 8918

Address :

3rd Avenue, Upper East Side,
San Francisco

Email :

email_support@youradress.com

View Blog

Search This Blog

copyright 2017 Putra Riestanop. Powered by Blogger.

Ge-Er Sama Tuhan

Ge-Er Sama Tuhan Semarang, Putra Riestanop. Teman-teman, suatu ketika aku pernah merasa menjadi manusia yang paling diperhatikan ol...

Ads