-->

Welcome!

I am Putra Riestanop Graphic Designer Marketing Branding Content Creator

View Work Hire Me!

About Me

Graphic Design
Marketing
Development
Who am i

Putra Riestanop

Professional Graphic Designer and Marketing

A graphic design enthusiast majoring in public relations at Diponegoro University. Strong background in several areas, including public speaking, digital marketing, graphic design, and cinematography. Enjoys working in a multi-tasking environment where individual performance is appreciated as well as collaboration between teams. Effective in working on projects in conjunction with operational teams to ensure smooth and efficient operations. Capable of taking on challenging roles within a competitive organization, combining a wide range of experiences, and the desire to further develop one's expertise. .

Services

Graphic Design

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat

Development

Marketing

Public Relations

Our Blog

“Mengembalikan Islam Pada Muslim Indonesia”



“Mengembalikan Islam Pada Muslim Indonesia”

Pemuda adalah generasi penyembuh setelah sakitnya peradaban, pemuda adalah generasi pembawa perubahan dengan gagasan-gagasan yang dimilkinya, dan pemuda adalah bagian yang teramat penting didalam Islam didalam pengembalian kejayaan Islam yang hilang yang mana dahulu menjadi cahaya didalam kegelapan peradaban. Dengan semangat yang dimilki, serta idelalisme perjuangan yang tertanam, energi yang berkobar, dan semangat yang dimiliki pemuda dapat menjadi sumber utama modal mengejar ketertinggalannya umat Islam khususnya Indonesia dari negara-negara lain.

Tetapi kini banyak pemuda yang telah teracuni oleh mereka yang memilki upaya-upaya untuk memperlambat kebangkitan umat Islam atau bahkan agar umat Islam terus tertidur, maka kita dapat melihat kenyataannya saat ini negara kita masih dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan, dan ketertinggalan padahal negara Indonesia memilki banyak potensi untuk menjadi negara makmur dan maju baik dari segi sumber daya alamnya maupun dari sumber  daya manusianya. Apa sebab dari itu semua? Apakah hal tersbut terjadi karena umat Islam sendiri yang tidak menerpakan nilai-nilai Islamnya dikehidupan sehari-hari?

Ada pendapat dari seorang ulama besar Islam Syekh Muhammad Abduh Rahimahullah berpendapat bahwa "Aku melihat ada Islam di Barat tapi tak ada Muslim, dan ada Muslim di Arab tapi tak ada Islam".  Memahami konteks dari ucapannya yaitu di negara-negara yang bukan dominan beragama Islam atau Islam sebagai minoritas tetapi tampak diaplikasikannya nilai dan ajaran islam itu sendiri terkecuali khususnya didalam beribadah. Yang mana pola prilaku, kebiasaan, adab, dan etos yang seharusnya ada pada umat Islam justru dilakukan oleh mereka yang tidak beragama Islam.

Tapi sebaliknya di negara-negara yang mayoritas Islam bahkan negara itu adalah negara Islam tidak tampak implementasi dari ajaran Islam itu sendiri, baik didalam penguasaan Iptek, pola prilaku, dan nilai sosial. Padahal sejatinya perintah untuk berprilaku Islami contohnya hidup disiplin, rajin membaca buku, belajar tekun, tidak membuang sampah sembarangan, jujur, ramah, profesional, dan nilai etos lainnya adalah bagian dari syariat Islam. Maka dapat dikatakan umat Islam di negara-negara Arab atau di negara lainnya yang mayoritas Islam seperti di Indonesia belum bisa mengaplikasikan secara utuh nilai-nilai yang terdapat di Al-Qur’an dan Sunnah.

Jauh dari syariat Islam merupakan sebab tertinggalnya negara-negara mayoritas beragama Islam dan sebab adanya gejala konflik sosial  di masyarakat, karena tidak adanya gagasan pola prilaku  yang dijunjung oleh masyarakat sehingga menjadikan setiap individu muslim kehilangan pegangan bersikap dan berpilaku. Namun, syariat Islam banyak diadopsi oleh negara-negara Barat didalam pencapaian orientasi kehidupan duniawi seperti dalam hal bisnis, perpolitikan, pendidikan, militer, dan pola prilaku masyarakatnya yang menghasilkan nilai-nilai luhur. Teringat pada saat Islam dahulu menguasai dunia yang mana peradaban maju dibawa oleh orang-orang Islam itu sendiri.

Di Andalusia tepatnya di kota Cordoba dahulu dikenal layaknya kota Paris dewasa kini yang modern, terang benderang, begitu indah dan tertata rapi tapi sebaliknya Paris saat itu begitu kumuh, tidak banyak menarik perhatian, dan orang-orang Eropa saat itu sangat minim pengetahuan, tidak faham akan kebersihan dan sistem sanitasi, begitupun pengelolaan secara kelembagaan sosial kemasyarakatan di Eropa masih dipennuhi perbudakan serta intimidasi dan klasifikasi antara raja yang, tuan tanah, dan rakyat jelata, bahkan orang-orang Eropa dahulu menganggap bumi itu datar dan bumi sebagai pusat nya, sebaliknya di negara-negara Islam (golden age) sudah banyak menguasai mengenai Astronomis, sudah mengetahui bahwa bumi itu bulat melalui penemuan yang dilakukan oleh Al Biruni dan bumi bukan pusat dari benda-benda planet yang mana ada tata surya atau sistem yang mana matahari sebagai pusat dari perderan benda-benda disekelilingnya termasuk bumi. Pelbagai enemuan muncul para penemu-penemu hebat dibidangnya dari mulai Sains, Matematika, Kedokteran, Astronomi, Kebumian, Ekonomi, Sosial, dan Sastra di era abad pertengahan.


Benua Eropa saking tertinggalnya (Dark age) menganggap mandi adalah aktfitas aneh yang kemudian mandi dan bersiwak dikenalkan oleh orang-orang-orang Islam dari bangsa-bangsa teluk Arab dan Andalusia. Dari waktu kewaktu, rezim ke rezim, sampai terjadi berbagai revolusi. Banyak sekali pemerkosaan didalam tubuh umat islam itu sendiri, Saat ini umat Islam banyak yang terlena, atau bisa dikatakan tertidur pulas. Nilai dan norma Islam yang luhur luntur di umat muslim tapi bersemi di negara-negara barat atau di beberapa negara Asia yang sudah maju.

Keadaan berubah, kejayaan umat Islam terenggut seiring perubahan peradaban. Dahulu kejayaan dari mulai masa Rasulullah Shalallahu’alaihi Wa Sallam, kemudian Khulafaurasyidin, Umayyah, Abbasiyah, masa Ummayyah di Andalusia, sampai ke era terakhir Utsmaniyyah di Turki yang telah menorehkan banyak penemuan diberbagai keilmuan. Namun sejak renaisans bergelora di Italia dan kemudian terjadi runtuhnya Utsmani menjadi titik awal umat Islam tertidur. Kita tahu bahwa memang saat-saat dimulai jatuhnya umat Islam yaitu saat Kekhalifahan Bani Umayyah di Andalusia yang berhasil direbut oleh kekaisaran Byzantium, yang mana ibu kota Cordoba berhasil direbut pula dengan segudang buku-buku hasil buah piker para saintis Islam, juga pembakaran buku-buku milik umat di perpustakan dinasti Umayyah oleh  prang-orang katolik yang berhasil menduduki kota Cordoba. Hingga akhirnya orang-orang barat banyak yang mengadopsi hasil jerih payah dari para filsuf juga ilmuwan Muslim dengan mengubahnya secara orientalis dan penerapan nilai-nilai sekuleris di dalam teori-teori keilmuan yang ada.

Dampaknya, umat Islam sendiri di era modern yang telah termakan upaya-upaya pihak barat yang ingin menidurkan umat Islam itu sendiri agar bersikap konsumtif dan tidak kreatif atau inovatif. Padahal mereka orang-orang barat telah mngggunakan kebiasaan etos dari umat Islam itu sendiri agar berdiri di depan umat Islam, agar memimpin peradaban, agar memenangkan peradaban dengan cara menggugankan nilai-nilai dari syariat Islam itu sendiri. Maka itulah proses tertukarnya pola nilai-nilai peradaban yang terjadi yang sejatinya umat Islam menjadi penyokong peradaban era modern kini.

Sehingga peran pemuda muslim lah yang dapat merubah kondisi umat Islam dewasa kini khususnya di Indoneisa. Karena pemuda adalah sosok yang mempunyai jiwa penggerak, perubah, yang didasari oleh rasa kepedulian dan ikatan batin karena merasa sedih melihat kondisi masyarakat yang lalai akan hakikat hidup dan terhadap implemntasi ajaran islam yang sesungguhnya, sehingga mereka terbuai oleh impian dan angan-angan semu dalam tidur lelap mereka.

Maka, seorang pemuda yang mempunyai jiwa penggerak akan membangunkan dan berusaha menyadarkan saudaranya dari kelalaian. Sehingga dia pun tidak rela dan tinggal diam melihat musuh – musuh Islam leluasa mengibarkan sayap-sayap kebatilan yang menjadikan umat Islam jauh dari ajarannya dan mereka ingin mematikan cahaya Islam dan memperdaya kaum muslimin, bahkan ia akan membangkitkankan semangat perjuangan dakwah sebagai bukti kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Pemuda muslim dengan melakukan dakwah secara kultural dan secara structural merupakan upaya jitu didalam pengembalian “Islam” di tubuh umat muslim. Islam adalah seluruh proses ajaran syariat yang berdasarkan Al Qur’an dan Hadist, tetapi muslim adalah subjek atas deklarasi sebagai Islam yang sudah terucap secara dzahir dan qalbu. Keduanya harus ada pada setiap individu.
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh generasi muda Muslim didalam upaya pengembalian nilai Islam, diantaranya adalah.  

Mengembalikan Budaya Akademis
Budaya akademis merupakan kegiatan keilmuan yang rutin dilakukan oleh orang-orang Islam sejak dahulu, mereka banyak menghabiskan waktu dengan Research and Discovery  yang mana dasar didalam penelitian melalui sumber Al-Qur’an juga mela lui hadist-hadist nabi. Para umat terdahulu dipenuhi nafsu mencari ilmu, banyaknya yang hafal Al-Qur’an dan kitab Sunnah, juga rutin membaca buku atau membuat buku. Maka tak heran pada abad pertengahan saat itu muculah para ilmuwan Muslim yang mana teorinya begitu penting dan berpengaruh di era modern saat ini, seperti Ibn Sina sebagai bapak dokter (980 – 1037), Al-Khawarizmi sebagai ahli Matematika sekaligus penemu angka 0-9 (780-850), Jabir Ibn Hayyan ahli Kimia (721-815), Ibnu al-Nafis ahli medis (1213 – 1288), Ibnu Khaldun sebagai ahli Sosiologi (1332 – 1406), serta masih banyak para ilmuwan Muslim lainnya dari berbagai keilmuan yang telah memberikan banyak kontribusi didalam pembangunan peradaban hingga mencapai era modernisasi saat ini.

Akan tetapi nyatanya, saat ini budaya akademis yang sejak dahulu menjadi pelopor kemajuan umat Islam semakin ditinggalkan ditengah kemajuan teknologi dan informasi. Segala penemuan dan pengembangan ilmu pnegetahuan tak lagi dipegang oleh orang-orang Islam, cahaya ilmu meredup dikalangan umat Muslim itu sendiri, atau bahkan umat Muslim yang tidak lagi berselera akan khazanah ilmu, maka kita cukup banyak tertinggal dan banyak dijatuhkan oleh negara-negara yang sedang menguasai era modern saat ini.

Maka dari itu, siapa lagi yang akan merubah dan mengembalikan kejayaan Islam didalam keilmuan? Jawabannya tentu para generasi penerus Muslim yang memilki Ghiroh dan Azzam terhadap Islam itu sendiri, sehingga mereka memilki kepedulian yang tinggi dengan cara merubah etos pribadi agar mau belajar dan menambah kualitas diri dengan penuh wawasan keilmuan. Sumber ilmu adalah Al-Qur’an maka langkah awal menjadikan para generasi muda agar mencintai Al-Qur’an, mempelajari, memahami, serta mengamalkan kandungan didalamnya. Kemudian, dari generasi muda Muslim yang haus akan ilmu, menerapkan budaya membaca buku, Research and Discovery, serta berinovasi dari hasil proses berfikir dan mencari ilmu.

Dakwah Kultural
Upaya ini adalah dengan mengimplementasikan nilai-nilai dan teori yang ada didalam praktek beragama Islam. Pemuda sebagai agent of change dapat membawa pengaruhnya di lingkungan. Dimulai dari hal sederhana didalam penerapan ajaran Islam (dakwah kultural) seperti solat tepat waktu secara berjamah di masjid, mengikuti kajian-kajian,  tidak telat menghadiri perkuliahan, menggunakan helm saat berkendara motor, tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencontek saat ujian,  

Maka dengan me-recovery hal-hal sederhana tadi tapi berdampak besar apabila perindividu melakukan demi menciptakan lingkungan yang madani. Karena salah satu penyebab syariat luntur karena lingkungannya sendiri yang jauh dari penerapan nilai-nilai Islam. Maka secara otomatis dampaknya akan diadopsi dengan sendirinya dari generasi ke generasi apabila ada generasi yang memulainya. Ibaratnya, generasi perubah adalah pemutus mata rantai keburukan pola budaya buruk dimasyarakat dengan me-setting ulang melalui aksi nyata dakwah secara sikap atau kultural oleh generasi muda Muslim.

Dakwah Struktural
Dakwah secara structural merupakan dakwah yang disampaikan melalui mekanisme teknik dakwah itu sendiri, baik secara oral langsung atau tidak langsung melalui media. Dakwah ini pun dapat menjadi media mengenalkan syariat Islam kepada masyarakat awam oleh para generasi muda. Dakwah structural secara oral dapat dengan mengadakan kajian-kajian di berbagai tempat, atau mengundang para tokoh yang ahli untuk berdakwah. Selain itu dapat juga dakwah ini dikemas secara kreatif dengan bantuan teknologi media, seperti dengan membuat video kreatif dakwah oleh para pemuda, membuat video animasi dakwah, film pendek dakwah, poster dakwah, yang mana kini memanfaatkan teknologi informasi yang di upload di media sosial, Sehingga sasaran nya pun dapat meluas ke berbagai kalangan. Jika dakwah structural secara oral langsung tadi sasarannya adalah jamaah atau masyarakat sekitar sedangkan dakwah structural dengan memanfaatkan teknologi sasarannya adalah mereka para penggunan aktip media sosial di berbagai wilayah.


Membentengi dari Ideologi Asing
Upaya  agar tidak menggunakan ideology asing yang mana tak adanya syariat Islam, bersifat menjauhkan dari Islam merupakan mesin-mesin penghancur peradaban umat Islam, Indonesia dengan azas Pancasilanya yang mana Pancasila merupakan ideologi yang dianut dan dipegang teguh. Pancasila pun merupakan cermin dari perwujudan syariat Islam. Maka perlu pengembaliannya kepada Genuine of Pancasila atau Pancasila yang sebenar-benarnya sesuai dengan tujuan dibentuknya oleh para founding fathers bangsa Indonesia yang mana dahulu berupaya agar menjadikan negara Indonesia adalah negara yang rakyatnya dapat berpola prilaku berdasarkan nilai-nilai dari sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang merupakan wadah dari sila kedua sampai kelima, maka artinya dalam bermasyarakat harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist (Syariat Islam) secara menyeluruh dari mulai proses beribadah sampai kepada sikap, watak, dan prilaku individu di masyarakat yang harus sesuai Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Maka dari itu, wajib bagi generasi muda membentengi diri dari ideologi asing seperti komunis, sekulerisme, dan liberalisme yang justru meruapakan sebab-sebab utama dari kemunduran umat Islam, sebab dari kita yang dahulu merupakan penguasa peradaban tapi kini menjadi penonton peradaban atau bahkan pengemis dari peradaban.

 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra’d:11).
Dari ayat tersebut adalah suatu kepastian bahwa suatu kaum di suatu bangsa jika ingin berubah menjadi lebih baik dengan seizing Allah maka perlu adanya aksi atau upaya. Karena Allah Subhanahu Wata’ala yang akan merubahnya dan itu merupakan hal yang mudah bagi Allah, sekalipun umat Islam tidak berupaya ingin berubah tapi Allah  ingin menjadikan umat Islam ini menang dan menguasai dunia, itu merupakan hal yang sangat mudah bagi Allah.
Tapi, bukan seperti itu tipe hidup di dunia, karena Allah telah menjadikan dunia sebagai ujian yang harus dilalui oleh manusia khususnya orang-orang beriman dunia adalah tempat untuk berlelah-leha bukan tempat untuk berleha-leha, maka sudah sunatullah apabila suatu kaum ingin bangkit dan maju perlu adanya keinginan berubah dan upaya merubah kaumnya sendiri, maka kita sebagai orang-orang yang beriman, kita sebagai pemuda harus berupaya penuh dengan segenap jiwa dan raga, dengan segala kemampuan yang kita milki untuk mengembalikan kejayaan Islam. Upaya yang dapat dilakukan oleh generasi Muslim yaitu dengan mengambil alih berbagai sektor tentu dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah, beribadah sesuai Al-Qur’an dan Hadist, meningkatkan kualitas secara wawasan, kualitas etos kerja, dan menerapkan kembali nilai-nilai luhur Islam yang saat ini sedang dipakai oleh mereka orang-orang di negara maju.
Jika para pemuda sudah sadar akan pentingnya syariat dan menerapkannya dikehidupan sehari-hari, maka negara kita Indonesia akan terhindar dari konflik internal, terhidndari dari konflik suku, ras, dan antar agama, juga akan menjadi negara yang maju dari berbagi hal aspek termasuk menguasi teknologi dan menjadi pemegang peradaban. Itulah upaya pengembalian kejayaan umat Isam yang dapat dimuali oleh generasi muda Islam sebagai generasi penerus tongkat kejayaan Islam yang telah lama terkubur dan akan dibangkitkan kembali. Dari mana kita memulai? Yaaa… dari sekarang dari diri kita sendiri.
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ







Peningkatan Inovasi dan Produktifitas Para Akademisi


Peningkatan Inovasi dan Produktifitas  Para Akademisi
picture from google
Sudah bukan sesuatu yang lumrah lagi bahwa lingkungan akademis Indonesia telah mencetak pelbagai ilmuwan dan para ahli di bidangnya. Namun, budaya riset didalam kalangan akademisi Indonesia dewasa kini masih masih sebatas produksi prototype, rancangan, atau sebagai ajang kejuaraan di olimpiade saja. Hal tersebut dimulai dari lingkungan sekolah sampai setingkat perguruan tinggi.
Padahal, apabila kita melihat data, sudah banyak penemuan-penemuan di berbagai bidang keilmuan oleh para akademisi tetapi kabar tersebut sebentar terdengar kemudian hilang kemudian. Sehingga ada yang salah dari konsep para cendekiawan kita yang sejatinya memilki kesempatan yang sama dengan mereka para cendekiawan dari luar. Mungkin bukan sesutau yang mustahil karena dari 265 juta penduduk (data proyeksi Bapennas) yang mana usia-usia produktif lebih besar dan juga mereka mengenyam pendidikan tinggi meningkat menjadi modal bonus demografi, maka perlu dioptimalkan dalam sektor akademik didalam peningkatan kualitas.
Pengoptimalan kualitas para akademisi adalah dengan merubah mindset saat melakukan aktivitas akademis yang produktif memilki target pencapaian dan bersifat berkelanjutan. Dengan begitu para ilmuwan dibidangnya dapat mengoptimalkan fungsinya  Karena di era revolusi industry 4.0 tantangan terberat kita adalah semakin ketatnya persaingan-persaingan di era industry yang mengharuskannya produktivitas dan inovasi di bidang sains teknologi maupun sosial. Sekarang bukan lagi sekedar menemukan, kemudian diperkenalkan untuk sekedar mendapat sebuah nobel penghargaan, tapi seorang akademisi dituntut lebih dari itu. Menjawab kebutuhan masyarakat.
Maka para kaum cendekiawan kita sejatinya sudah mumpuni, tapi perlu adanya pengembangan hasil risetnya menjadi barang-barang yang dapat massif produktif dengan disertai inovasi menjawab kebutuhan dan tuntutan zaman yang harus semakin efisien dan cepat. Karena di revolusi industry 4.0 peran manusia adalah kendali dari segi konseptual yang dikerjakan oleh tangan-tangan robotika dan mekanisme mesin, atau melahirkan inovasi produk sosial yang meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Tentu hal tersebut adalah buah kerja dari dasar keilmuwan dan teori yang dikembangkan oleh para ilmuwan kita yang memilki mindset riset inovasi dan produksi secara massif. Maka pola budaya akademisi mengalami perkembangan seiring dari semakin modern dan meningkatnya peran teknologi di dalam industri dan aktivitas masyarakat.
Maka dari itu, untuk merubah konsep kaum intelektual kita agar mau inovatif dan produktif dapat dimulai dari lingkup terendah yaitu sekolah sampai perguruan tinggi dengan adanya pembiasaan budaya vocational disamping teoritis, karena dengan adanya pembiasaan tersebut akan melatih para kaum intelektual kita menjadi lebih progresif didalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang akademisi dan tentunya memilki tujuan untuk berkontribusi langsung di masyarakat melalui berbagai penemuan baik dibidang sains teknologi, budaya, dan sosial masyarakat.





Membaca Masa Depan Institusi Politik dan Ekonomi Republik Rakyat Tiongkok


Membaca Masa Depan Institusi Politik dan Ekonomi Republik Rakyat Tiongkok
Source picture google
Oleh : Alif Muhammad Iqbal
Sejarah Terbetuknya Republik Rakyat Tiongkok
Negara dibentuk oleh sekelompok orang untuk mencapai  tujuan yang ingin dicapai  bersama, begitu juga dengan Tiongkok. Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) memiliki cara untuk mencapai tujuan tersebut  dengan menerapkan suatu kebijakan, kebijakan pemerintah setiap negara memiliki perbedaan tetapi  tujuannya sama untuk mensejahterakan warganya.
Republik Rakyat Tiongkok (RRT) merupakan salah satu Negara yang cukup tua di asia, negara ini besar karena sejarah panjang dan banyak dinasti yang memerintah negara ini, hingga terbentuknya pemerintahan republik tahun 1908 dibawah pemerintahan nasionalis  yang dipimpin Dr. Sun Yat Sen . Perang saudara sempat melanda negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan wilayah yang luas ini, dimana perang ini terjadi antara kaum nasionalis dan komunis yang sama-sama berjuang untuk menegakan kedaulatan negaranya melawan bangsa asing. Berakhirnya perang saudara diakhiri dengan terbentuknya negara Republik Rakyat Tiongkok yang berhaluan komunis.
Mao De Zong pada 1 oktober 1949 mengumumkan terbentuknya negara Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan dipilih sebagai Presiden dengan dibantu oleh enam wakil : istri Dr.Sun Yat Sen, (Song Qingling), Zhu de, Li Qishen, Zhang Lan, Liu Saoqi  dan Gao gang.
Setelah pernyataan berdirinya Republik Rakyat China, Uni Soviet  segera memberikan pengakuan kedaulatannya atas RRT dan memutuskan  hubungan diplomatiknya dengan pemerintahan Nasionalis Tiongkok. Negara negara satelit Uni Soviet ikut menyatakan pengakuan kedaulatan bagi RRT.  India merupakan Negara di luar blok Soviet yang pertama kali memberikan pernyataan kedaulatan atas RRT, tepatnya pada tanggal 30 Desember 1949. Pada tanggal 6 Januari 1950 Inggris menyatakan pengakuan kedaulatan  terhadap RRT sehingga Inggris merupakan negara demokratis Barat  pertama yang mengadakan hubungan dengan pemerintahan komunis Tiongkok.  
 Sejarah Partai Komunis Tiongkok
Partai Komunis Tiongkok PKT adalah barisan pelopor lapisan buruh Tiongkok, sementara itu adalah barisan pelopor rakyat Tiongkok dan etnis Tionghoa, merupakan inti pimpinan usaha sosialisme yang mempunyai keistimwaan tiongkok, mewakili permintaan perkembangan daya produksi Tiongkok yang maju, arah maju kebudayaan maju Tiongkok, dan mewakili kepentingan pokok rakyat Tiongkok yang paling luas.
Ide tertinggi dan target terakhir PKT adalah perwujudan komunisme. Darma PKT menentukan bahwa PKT merupakan Maksime, Leninsme, Pikiran Mao Zedong dan teori Deng Xiaoping serta pikiran “tiga mewakili” sebagai petunjuk aksi diri sendirinya.
PKT beridri pada Juli tahun 1921. Dari tahun 1921 sampai 1949, PKT memimpin rakyat Tiongkok untuk mengadakan perjuangan yang sulit, menggulingkan pengusaan komersilisme, feodalisme dan kapitalisme, mendirikan Republik Rakyat tiongkok. Setelah berdirinya negara, PKT memimpin rakyat berbagai etnis untuk memelihara kemerdekaan dan keamanan negara, dan mengadakan pembangunan sosialime yang berencana agar usaha ekonomi dan kebudayaan Tiongkok memperoleh perkembangan yang tak pernah ada dalam sejarah.
Sejak Oktober tahun 1976, Tiongkok memasuki masa perkembangan historic yang baru. PKT melaksanakan kebijkan reformasi dan keterbukaan terhdapa dunia luar yang diprakarsai Deng Xiaoping. Sejak dilaksanakan kebijakan tersebut, ekonomi nasional dan perkembangan sosial Tiongkok mencapai prestasi yang nyata.
PKT Tiongkok berpendapat bahwa dengan positif mengadakan hubungan terhadap luar negeri, berupaya memperoleh lingkungan internasional yang bertuntung kepada reformasi dan keterbukaan terhadap dunia luar dan pembangunan modern Tiongkok. Dalam ususan internasional, PKT berpegang teguh pada kebijakan yang mandiri dan hidup berdampingan secara damai, memelihara kemerdekaan dan kedaulatan Tiongkok, menentang hegemonisme dan politik kekuasaan kuat, memelihara perdamaian dunia, mendorong kemajuan umat manusia. Kini PKT telah memelihara hubungan bersahabatn dengan 300 lebih partai politik dari 120 negara.( http://indonesian.cri.cn/chinaabc/chapter2/chapter20401.ht)

Pengaruh PKT dan Netralitas Terhadap Birokrasi di Tiongkok.
Dai Guofang pendiri dari perusahaan yang bernama Jiangsu Tieben Iron dan Steel sudah menangkap tanda-tanda akan terjadinya ledakan penduduk di perkotaan Tiongkok. Jaringan jalan raya, pusat-pusat bisnis, permukiman serta gedung-gedung tinggi menamur diera 1990-an, dan Dai yakin tren tersebut dalam satu decade berikutnya akan semakin menjadi-jadi . 
Dia yakin perusahaan yang dibentuknya bisa menguasai pangsa pasar  sebagai penyedia besi dan baja dengan harga yang murah, jauh lebih murah dari para pesaingnya , pabrikan besi baja milik pemerintah yang terkenal tidak efisien. Dai sudah merencanakan untuk membentuk sebuah perusahaan baja raksasa, dan dengan dukungan penuh para petinggi partai komunis local di Changzhou, dia mengawali pembangunan proyeknya pada tahun 2003. Tetapi apa lacur, memasuki bulan maret 2004 proyek kontruksi pabrik miliknya dihentikan atas perintah partai komunis di Beijing, lalu dia ditangkao dengan alasan yang  jelas. Boleh jadi para petinggi pemerintahan semula yakin bahwa mereka bisa mencari-cari alasan atau bukti yang memberatkan Dai. 
Akhirnya ia harus menghabiskan waktu lima tahun dipenjara lalu berubah statsunya menjadi tahanan rumah setelah dinayatakan bersalah atas tuduhan pelanggaran  yang sangat remeh pada tahun 2009. Kejahatan Dai yang sesungghnya adalah membuat proyek besar yang dikhawatirkan akan menyaingi perusahaan milik negara tanpa persetujuan elite petinggi partai komunis.
Chen yun, salah satu teman dekat Deng Xioping yang juga dikenal sebagai arsitek penting dari gerakan reformasi pasar di Tiongkok, menggambarkan perekonomian di Tiongkok itu seperti seekor burung di dalam sangkar. Perkonomian Tiongkok itulah burungnya, sementara sangkar yang menerungku dia dalah partai komunis; sangkar itu harus dilebarkan agar si burung lebih sehat dan dinamis, namun tidak boleh dibuka pintunya, sebab burung itu akan tterbang dan lepas kendali. Meski saat ini banyak perusahaaan besar swasta yang beroperasi di Tiongkok, sejumlah besar elemen perkonomian masih dikendalikan serta diproteksi oleh partai komunis. 
Jurnalis Richard McGregor pernah melaporkan bahwa dimeja petinggi perusahaan-perusahaan besar di Tiongkok, selalu terdapat pesawat telepon berwarna merah. Kalau telepon itu bordering dapat dipastikan si penelepon merupakan petinggi partai yang memberikan arahan dan intruksi mengenai langkah-langkah yang harus ditempuh perusahaan , di bidang apa ia harus berinvestasi , dan apa saja target yang harus dipenuhi . Fakta yang menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan raksasa itu masih dikendalikan oleh partai membuat kita maklum mengapa partai bisa me-reshuffle para CEO perusahaan , memecat atau mempromosikan mereka tanpa banyak memberi keterangan.
Banyak yang berpikir bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang spektakuler semenjak dipimpin Deng Xioping yang banyak melakukan reformasi radikal  akan menumbuhkan benih-benih demokrasi dan pluralisme. Ada tanda-tanda gelombang unjuk rasa di Tiananmen tahun 1989 akan mengasilkan keterbukaan politik atau bahkan berakhirnya rezim komunis. Namun kenyataannya berbeda kendaraan lapis baja dikerahkan untuk melumat para demonstran. Buku-buku sejarah juga mencatat kejadian di lapangan Tiananmen  bukan lagi demostrasi yang tertib dan damai , melainkan adalah sebuah pembantaian yang dikenal sebagai tragedy Tiananmen. 
Dalam banyak hal, pemerintah Tiongkok malah menjadi semakin represif setelah terjadinya pembantaian demonstran itu; tokoh-tokoh seperti Zhao ziyang, yang ketika itu menjabat sebagai sekjen partai komunis, disingkirkan karena dianggap berpihak kepada para mahasiswa demostran yang menggelar unjuk rasa di Tiananmen. Selanjutnya partai komunis semakin getol memberangus hak rakyat maupun media massa untuk bersuara dan beropini. Zhao Ziyang dikenai status tahanan rumah lebih dari lima belas tahun lamanya, catatan publiknya dihapus, sehingga dia kini bahkan bukan lagi tokoh ikon bagi pihak-pihak yang mendukung perubahan politik Tiongkok.
Dewasa ini, kontrol partai komunis terhadap media, termasuk internet luar biasa ketatnya. Hebatnya, ini terjadi berkat “kesadaran” para awak media yang menyensor sendiri tulisan-tulisan mereka. Para pemilik media tahu bahwa mereka diharamkan menyebutkan nama Zhao Ziyang atau Liu Xiaobo, tokoh-tokoh pengkritik pemerintah yang tak bosan-bosannya menyerukan tuntutan demokratisasi.
Kepatuhan awak media untuk menyensor sendiri tulisannya maupun liputannya didukung oleh jaringan aparat yang dengan ketat memonitor percakapan dan komunikasi di Tiongkok, yang berwenang memblokir situs- web atau memberendel koran dan secara selektif memblokir oorang-orang  tertentu agar tidak mengakses berita dari internet. Ketatnya kontrol terhadap media itu terbukti nyata ketika pada tahun 2009 menyebar berita mengenai kasus kasus korupsi yang menyeret Hu Jianto, seorang putra sekjen partai komunis, padahal kasusnya sudah merebak sejak tahun 2002. Ketika kasus itu sedang panas-panasnya, aparat pengawas media bergerak sigap agar media massa di Tiongkok jangan sampai mengendus atau mengekspos berita tersebut dan bahkan secara selektif bisa memblokir berita-berita seputar kasus itu di website New York Times dan Financial Times .
Selain mengontrol ketat media massa, baru-baru ini pemerintah komunis Tiongkok Pada 14 Juni 2014, Cina menerbitkan “Ikhtisar Rencana Pembangunan Sistem Kredit Sosial”. Isinya kurang lebih adalah tentang bagaimana negara memanfaatkan big data para warganya untuk membuat takaran kelayakan penduduknya, bukan cuma dalam mendapat kredit, tapi juga seluruh aspek hidup mereka. Meskipun kebijakan ini baru akan diterapkan pada 2020 nanti, warga Tiongkok harus bersiap data pribadinya dikontrol oleh negara sehingga kesempatan berkarier, hingga kelayakan dapat diskon hotel, tiket transportasi, hingga rental mobil juga akan ditentukan skor yang diperoleh. (https://tirto.id/pakai-sistem-skor-cara-horor-cina-mengontrol-warganya-cBps)
Akibat ketatnya kontrol partai terhadap berbagai aspek seperti  institusi ekonomi dan politik potensi munculnya gelombang penghancuran kreatif bisa ditekan semaksimal mungkin, dan stabilitas politik akan terus terjaga hingga terjadinya reformasi politik yang radikal. Seperti halnya Uni Soviet, fenomena pertumbuhan ekonomi Tiongkok dibwah kekuasaan institusi politik ekstraktif itu bisa terjadi karena rezim yang berkuasa leluasa melakukan poltik tambal sulam seperti mengimpor teknologi asing dan mengekspor produk-produk murahan ke pasar internasional.
Teori modernisasi menyatakan bahwa semua masyarakat  atau bangsa yang tumbuh berkembang selalu mengarah ke kehidupan atau peradaban yang maju, modern dan beradab, dan terutama mengarah pada demokrasi. Sikap Amerika Serikat pada masa kepemimpinan George H. Bush mengenai antuasiasme pemerintahnya terhadap perkembangan demokrasi di Tiongkok adalah biarkan Tiongkok untuk tetap berdagang secara bebas dengan negara barat maka bangsa itu akan berkembang, dan pertumbuhan ekonomi nisacaya akan membawa demokrasi  dan perbaikan institusi ekonomi dan politik disana, sesuai dengan apa yang diprediksi teori moderninasi. 
Akan tetapi, peningkatan volume dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok sejak erra 1980-an tak sedikitpun berdampak terhadap demokrasi di Tiongkok, dan diperkirakan meningkatnya partisipasi Tiongkok di pasar bebas pada masa mendatang juga tidak akan banyak mempengaruhi kualitas demokrasi di negara ini, dan hal ini terbukti saat pemerintah Tiongkok akan menggunakan kebijakan system kredit sosial pada 2020 nanti, dimana dengan memanfaatkan teknologi big data, pemerintah Tiongkok akan mengawasi warga negaranya secara ketat.
 Kesimpulan
Kesimpulan yang digarisbawahi dari pengaruh Partai Komunis Tiongkok yang notabene merupakan partai tunggal disana terhadap sistem birokarsi di negara tersebut adalah.
Pertama, pertumbuhan ekonomi dibawah rezim otoriter ekstraktif[1] di Tiongkok, meskipun bisa dipertahankan selama beberapa saat, tidak akan menjadi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan yang didukung oleh institusi inklusif[2] dan disertai oleh gelombang pengancuran kreatif. Kedua, mustahil kita bisa mengharap bahwa pertumbuhan ekonomi dibawah institusi ekstraktif dapat menumbuhkan demokrasi atau institusi yang inklusif. Tiongkok, Rusia, dan beberapa rezim otoriter lainnya yang dewasa ini bisa meraih pertumbuhan ekonomi, kemungkinan akan mecapai titik jenuhnya sebelum mereka mentranformasikan dirinya menjadi institusi yang lebih inklusif—bahkan sebelum para elite politik memiliki niat kearah itu atau didesak oleh rakyat untuk melakukan perubahan. Ketiga, dalam jangka panjang pertumbuhan dibawah kekuasaan institusi ekstraktif otoriter bukanlah pilhan yang ideal, dan tidak selayaknya untuk didukung untuk dijadikan model pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara Amerika Latin, Asia, dan sub-Sahara Afrika, meski banyak negara yang meiliki opsi tersebut karena skema ini kadang-kadang konsisten dengan kepentingan para elite ekonomi dan politik yang berkuasa disana.




Daftar Pustaka
Acemoglu, D., and J. A. Robinson. 2012. Why Nations Fail: The Origins of. Power, Prosperity, and Poverty.


[1] Institusi yang membawa masyarakat mendapatkan disinsentif untuk bekerja dan berproduksi. Di dalam masyarakat semacam itu, tidak ada jaminan bahwa suatu hari hasil jerih-payah masyarakat akan dirampas semena-mena oleh pemerintah dan kelompok elit.
[2] Institusi yang  membrikan jaminan negara terhadap hak-hak dan kebebasan individu. Dengan adanya kebebasan, masing-masing individu di dalam masyarakat memiliki insentif untuk bekerja dan berproduksi menciptakan kemakmuran.

Contact Us

Phone :

+20 010 2517 8918

Address :

3rd Avenue, Upper East Side,
San Francisco

Email :

email_support@youradress.com

View Blog

Search This Blog

copyright 2017 Putra Riestanop. Powered by Blogger.

Ge-Er Sama Tuhan

Ge-Er Sama Tuhan Semarang, Putra Riestanop. Teman-teman, suatu ketika aku pernah merasa menjadi manusia yang paling diperhatikan ol...

Ads