“Mengembalikan
Islam Pada Muslim Indonesia”
Pemuda adalah generasi penyembuh setelah
sakitnya peradaban, pemuda adalah generasi pembawa perubahan dengan
gagasan-gagasan yang dimilkinya, dan pemuda adalah bagian yang teramat penting
didalam Islam didalam pengembalian kejayaan Islam yang hilang yang mana dahulu
menjadi cahaya didalam kegelapan peradaban. Dengan semangat yang dimilki, serta
idelalisme perjuangan yang tertanam, energi yang berkobar, dan semangat yang
dimiliki pemuda dapat menjadi sumber utama modal mengejar ketertinggalannya
umat Islam khususnya Indonesia dari negara-negara lain.
Tetapi kini banyak pemuda yang telah
teracuni oleh mereka yang memilki upaya-upaya untuk memperlambat kebangkitan
umat Islam atau bahkan agar umat Islam terus tertidur, maka kita dapat melihat
kenyataannya saat ini negara kita masih dihadapkan dengan
permasalahan-permasalahan, dan ketertinggalan padahal negara Indonesia memilki
banyak potensi untuk menjadi negara makmur dan maju baik dari segi sumber daya
alamnya maupun dari sumber daya
manusianya. Apa sebab dari itu semua? Apakah hal tersbut terjadi karena umat
Islam sendiri yang tidak menerpakan nilai-nilai Islamnya dikehidupan
sehari-hari?
Ada pendapat dari seorang ulama besar
Islam Syekh Muhammad Abduh Rahimahullah berpendapat bahwa "Aku melihat ada
Islam di Barat tapi tak ada Muslim, dan ada Muslim di Arab tapi tak ada
Islam". Memahami konteks dari
ucapannya yaitu di negara-negara yang bukan dominan beragama Islam atau Islam
sebagai minoritas tetapi tampak diaplikasikannya nilai dan ajaran islam itu
sendiri terkecuali khususnya didalam beribadah. Yang mana pola prilaku,
kebiasaan, adab, dan etos yang seharusnya ada pada umat Islam justru dilakukan
oleh mereka yang tidak beragama Islam.
Tapi sebaliknya di negara-negara yang
mayoritas Islam bahkan negara itu adalah negara Islam tidak tampak implementasi
dari ajaran Islam itu sendiri, baik didalam penguasaan Iptek, pola prilaku, dan
nilai sosial. Padahal sejatinya perintah untuk berprilaku Islami contohnya
hidup disiplin, rajin membaca buku, belajar tekun, tidak membuang sampah sembarangan,
jujur, ramah, profesional, dan nilai etos lainnya adalah bagian dari syariat Islam.
Maka dapat dikatakan umat Islam di negara-negara Arab atau di negara lainnya yang
mayoritas Islam seperti di Indonesia belum bisa mengaplikasikan secara utuh
nilai-nilai yang terdapat di Al-Qur’an dan Sunnah.
Jauh dari syariat Islam merupakan sebab tertinggalnya
negara-negara mayoritas beragama Islam dan sebab adanya gejala konflik sosial di masyarakat, karena tidak adanya gagasan
pola prilaku yang dijunjung oleh
masyarakat sehingga menjadikan setiap individu muslim kehilangan pegangan
bersikap dan berpilaku. Namun, syariat Islam banyak diadopsi oleh negara-negara
Barat didalam pencapaian orientasi kehidupan duniawi seperti dalam hal bisnis, perpolitikan,
pendidikan, militer, dan pola prilaku masyarakatnya yang menghasilkan nilai-nilai
luhur. Teringat pada saat Islam dahulu menguasai dunia yang mana peradaban maju
dibawa oleh orang-orang Islam itu sendiri.
Di Andalusia tepatnya di kota Cordoba dahulu
dikenal layaknya kota Paris dewasa kini yang modern, terang benderang, begitu
indah dan tertata rapi tapi sebaliknya Paris saat itu begitu kumuh, tidak
banyak menarik perhatian, dan orang-orang Eropa saat itu sangat minim
pengetahuan, tidak faham akan kebersihan dan sistem sanitasi, begitupun
pengelolaan secara kelembagaan sosial kemasyarakatan di Eropa masih dipennuhi
perbudakan serta intimidasi dan klasifikasi antara raja yang, tuan tanah, dan
rakyat jelata, bahkan orang-orang Eropa dahulu menganggap bumi itu datar dan
bumi sebagai pusat nya, sebaliknya di negara-negara Islam (golden age) sudah
banyak menguasai mengenai Astronomis, sudah mengetahui bahwa bumi itu bulat
melalui penemuan yang dilakukan oleh Al Biruni dan bumi bukan pusat dari
benda-benda planet yang mana ada tata surya atau sistem yang mana matahari
sebagai pusat dari perderan benda-benda disekelilingnya termasuk bumi. Pelbagai
enemuan muncul para penemu-penemu hebat dibidangnya dari mulai Sains,
Matematika, Kedokteran, Astronomi, Kebumian, Ekonomi, Sosial, dan Sastra di era
abad pertengahan.
Benua Eropa saking tertinggalnya (Dark age) menganggap mandi adalah
aktfitas aneh yang kemudian mandi dan bersiwak dikenalkan oleh
orang-orang-orang Islam dari bangsa-bangsa teluk Arab dan Andalusia. Dari waktu
kewaktu, rezim ke rezim, sampai terjadi berbagai revolusi. Banyak sekali pemerkosaan
didalam tubuh umat islam itu sendiri, Saat ini umat Islam banyak yang terlena,
atau bisa dikatakan tertidur pulas. Nilai dan norma Islam yang luhur luntur di
umat muslim tapi bersemi di negara-negara barat atau di beberapa negara Asia
yang sudah maju.
Keadaan berubah, kejayaan umat Islam
terenggut seiring perubahan peradaban. Dahulu kejayaan dari mulai masa
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wa Sallam, kemudian Khulafaurasyidin, Umayyah,
Abbasiyah, masa Ummayyah di Andalusia, sampai ke era terakhir Utsmaniyyah di
Turki yang telah menorehkan banyak penemuan diberbagai keilmuan. Namun sejak
renaisans bergelora di Italia dan kemudian terjadi runtuhnya Utsmani menjadi
titik awal umat Islam tertidur. Kita tahu bahwa memang saat-saat dimulai
jatuhnya umat Islam yaitu saat Kekhalifahan Bani Umayyah di Andalusia yang
berhasil direbut oleh kekaisaran Byzantium, yang mana ibu kota Cordoba berhasil
direbut pula dengan segudang buku-buku hasil buah piker para saintis Islam,
juga pembakaran buku-buku milik umat di perpustakan dinasti Umayyah oleh prang-orang katolik yang berhasil menduduki
kota Cordoba. Hingga akhirnya orang-orang barat banyak yang mengadopsi hasil
jerih payah dari para filsuf juga ilmuwan Muslim dengan mengubahnya secara
orientalis dan penerapan nilai-nilai sekuleris di dalam teori-teori keilmuan
yang ada.
Dampaknya, umat Islam sendiri di era
modern yang telah termakan upaya-upaya pihak barat yang ingin menidurkan umat
Islam itu sendiri agar bersikap konsumtif dan tidak kreatif atau inovatif.
Padahal mereka orang-orang barat telah mngggunakan kebiasaan etos dari umat
Islam itu sendiri agar berdiri di depan umat Islam, agar memimpin peradaban,
agar memenangkan peradaban dengan cara menggugankan nilai-nilai dari syariat
Islam itu sendiri. Maka itulah proses tertukarnya pola nilai-nilai peradaban
yang terjadi yang sejatinya umat Islam menjadi penyokong peradaban era modern
kini.
Sehingga peran pemuda muslim lah yang
dapat merubah kondisi umat Islam dewasa kini khususnya di Indoneisa. Karena pemuda adalah sosok yang
mempunyai jiwa penggerak, perubah, yang didasari oleh rasa kepedulian dan
ikatan batin karena merasa sedih melihat kondisi masyarakat yang lalai akan
hakikat hidup dan terhadap implemntasi ajaran islam yang sesungguhnya, sehingga
mereka terbuai oleh impian dan angan-angan semu dalam tidur lelap mereka.
Maka,
seorang pemuda yang mempunyai jiwa penggerak akan membangunkan dan berusaha
menyadarkan saudaranya dari kelalaian. Sehingga dia pun tidak rela dan tinggal
diam melihat musuh – musuh Islam leluasa mengibarkan sayap-sayap kebatilan yang
menjadikan umat Islam jauh dari ajarannya dan mereka ingin mematikan cahaya
Islam dan memperdaya kaum muslimin, bahkan ia akan membangkitkankan semangat
perjuangan dakwah sebagai bukti kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Pemuda
muslim dengan melakukan dakwah secara kultural dan secara structural merupakan
upaya jitu didalam pengembalian “Islam” di tubuh umat muslim. Islam adalah
seluruh proses ajaran syariat yang berdasarkan Al Qur’an dan Hadist, tetapi muslim
adalah subjek atas deklarasi sebagai Islam yang sudah terucap secara dzahir dan
qalbu. Keduanya harus ada pada setiap individu.
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh generasi
muda Muslim didalam upaya pengembalian nilai Islam, diantaranya adalah.
Mengembalikan Budaya Akademis
Budaya
akademis merupakan kegiatan keilmuan yang rutin dilakukan oleh orang-orang
Islam sejak dahulu, mereka banyak menghabiskan waktu dengan Research and Discovery yang mana dasar
didalam penelitian melalui sumber Al-Qur’an juga mela lui hadist-hadist nabi.
Para umat terdahulu dipenuhi nafsu mencari ilmu, banyaknya yang hafal Al-Qur’an
dan kitab Sunnah, juga rutin membaca buku atau membuat buku. Maka tak heran
pada abad pertengahan saat itu muculah para ilmuwan Muslim yang mana teorinya
begitu penting dan berpengaruh di era modern saat ini, seperti Ibn Sina sebagai bapak dokter (980 – 1037), Al-Khawarizmi sebagai ahli Matematika sekaligus
penemu angka 0-9 (780-850), Jabir
Ibn Hayyan ahli Kimia (721-815),
Ibnu al-Nafis ahli medis (1213 –
1288), Ibnu Khaldun sebagai ahli
Sosiologi (1332 – 1406), serta masih banyak para ilmuwan Muslim lainnya dari
berbagai keilmuan yang telah memberikan banyak kontribusi didalam pembangunan peradaban
hingga mencapai era modernisasi saat ini.
Akan
tetapi nyatanya, saat ini budaya akademis yang sejak dahulu menjadi pelopor
kemajuan umat Islam semakin ditinggalkan ditengah kemajuan teknologi dan
informasi. Segala penemuan dan pengembangan ilmu pnegetahuan tak lagi dipegang
oleh orang-orang Islam, cahaya ilmu meredup dikalangan umat Muslim itu sendiri,
atau bahkan umat Muslim yang tidak lagi berselera akan khazanah ilmu, maka kita
cukup banyak tertinggal dan banyak dijatuhkan oleh negara-negara yang sedang
menguasai era modern saat ini.
Maka
dari itu, siapa lagi yang akan merubah dan mengembalikan kejayaan Islam didalam
keilmuan? Jawabannya tentu para generasi penerus Muslim yang memilki Ghiroh dan
Azzam terhadap Islam itu sendiri, sehingga mereka memilki kepedulian yang
tinggi dengan cara merubah etos pribadi agar mau belajar dan menambah kualitas
diri dengan penuh wawasan keilmuan. Sumber ilmu adalah Al-Qur’an maka langkah
awal menjadikan para generasi muda agar mencintai Al-Qur’an, mempelajari, memahami,
serta mengamalkan kandungan didalamnya. Kemudian, dari generasi muda Muslim
yang haus akan ilmu, menerapkan budaya membaca buku, Research and Discovery, serta berinovasi dari hasil proses
berfikir dan mencari ilmu.
Dakwah Kultural
Upaya ini adalah dengan mengimplementasikan
nilai-nilai dan teori yang ada didalam praktek beragama Islam. Pemuda sebagai agent of change dapat membawa
pengaruhnya di lingkungan. Dimulai dari hal sederhana didalam penerapan ajaran
Islam (dakwah kultural) seperti solat tepat waktu secara berjamah di masjid,
mengikuti kajian-kajian, tidak telat
menghadiri perkuliahan, menggunakan helm saat berkendara motor, tidak membuang
sampah sembarangan, tidak mencontek saat ujian,
Maka dengan
me-recovery hal-hal sederhana tadi
tapi berdampak besar apabila perindividu melakukan demi menciptakan lingkungan
yang madani. Karena salah satu penyebab syariat luntur karena lingkungannya
sendiri yang jauh dari penerapan nilai-nilai Islam. Maka secara otomatis dampaknya
akan diadopsi dengan sendirinya dari generasi ke generasi apabila ada generasi
yang memulainya. Ibaratnya, generasi perubah adalah pemutus mata rantai
keburukan pola budaya buruk dimasyarakat dengan me-setting ulang melalui aksi nyata dakwah secara sikap atau kultural
oleh generasi muda Muslim.
Dakwah Struktural
Dakwah
secara structural merupakan dakwah yang disampaikan melalui mekanisme teknik
dakwah itu sendiri, baik secara oral langsung atau tidak langsung melalui
media. Dakwah ini pun dapat menjadi media mengenalkan syariat Islam kepada
masyarakat awam oleh para generasi muda. Dakwah structural secara oral dapat
dengan mengadakan kajian-kajian di berbagai tempat, atau mengundang para tokoh
yang ahli untuk berdakwah. Selain itu dapat juga dakwah ini dikemas secara
kreatif dengan bantuan teknologi media, seperti dengan membuat video kreatif
dakwah oleh para pemuda, membuat video animasi dakwah, film pendek dakwah,
poster dakwah, yang mana kini memanfaatkan teknologi informasi yang di upload di media sosial, Sehingga sasaran
nya pun dapat meluas ke berbagai kalangan. Jika dakwah structural secara oral
langsung tadi sasarannya adalah jamaah atau masyarakat sekitar sedangkan dakwah
structural dengan memanfaatkan teknologi sasarannya adalah mereka para
penggunan aktip media sosial di berbagai wilayah.
Membentengi dari Ideologi Asing
Upaya agar tidak menggunakan ideology asing yang
mana tak adanya syariat Islam, bersifat menjauhkan dari Islam merupakan
mesin-mesin penghancur peradaban umat Islam, Indonesia dengan azas Pancasilanya
yang mana Pancasila merupakan ideologi yang dianut dan dipegang teguh.
Pancasila pun merupakan cermin dari perwujudan syariat Islam. Maka perlu
pengembaliannya kepada Genuine of
Pancasila atau Pancasila yang sebenar-benarnya sesuai dengan tujuan
dibentuknya oleh para founding fathers
bangsa Indonesia yang mana dahulu berupaya agar menjadikan negara Indonesia
adalah negara yang rakyatnya dapat berpola prilaku berdasarkan nilai-nilai dari
sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang merupakan wadah dari sila kedua
sampai kelima, maka artinya dalam bermasyarakat harus sesuai dengan Al-Qur’an
dan Al-Hadist (Syariat Islam) secara menyeluruh dari mulai proses beribadah
sampai kepada sikap, watak, dan prilaku individu di masyarakat yang harus
sesuai Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Maka dari itu, wajib bagi generasi muda
membentengi diri dari ideologi asing seperti komunis, sekulerisme, dan
liberalisme yang justru meruapakan sebab-sebab utama dari kemunduran umat
Islam, sebab dari kita yang dahulu merupakan penguasa peradaban tapi kini
menjadi penonton peradaban atau bahkan pengemis dari peradaban.
“Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS.
Ar-Ra’d:11).
Dari ayat tersebut
adalah suatu kepastian bahwa suatu kaum di suatu bangsa jika ingin berubah
menjadi lebih baik dengan seizing Allah maka perlu adanya aksi atau upaya.
Karena Allah Subhanahu Wata’ala yang akan merubahnya dan itu merupakan hal yang
mudah bagi Allah, sekalipun umat Islam tidak berupaya ingin berubah tapi
Allah ingin menjadikan umat Islam ini
menang dan menguasai dunia, itu merupakan hal yang sangat mudah bagi Allah.
Tapi, bukan
seperti itu tipe hidup di dunia, karena Allah telah menjadikan dunia sebagai
ujian yang harus dilalui oleh manusia khususnya orang-orang beriman dunia
adalah tempat untuk berlelah-leha bukan tempat untuk berleha-leha, maka sudah
sunatullah apabila suatu kaum ingin bangkit dan maju perlu adanya keinginan
berubah dan upaya merubah kaumnya sendiri, maka kita sebagai orang-orang yang
beriman, kita sebagai pemuda harus berupaya penuh dengan segenap jiwa dan raga,
dengan segala kemampuan yang kita milki untuk mengembalikan kejayaan Islam. Upaya
yang dapat dilakukan oleh generasi Muslim yaitu dengan mengambil alih berbagai
sektor tentu dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah, beribadah
sesuai Al-Qur’an dan Hadist, meningkatkan kualitas secara wawasan, kualitas
etos kerja, dan menerapkan kembali nilai-nilai luhur Islam yang saat ini sedang
dipakai oleh mereka orang-orang di negara maju.
Jika para pemuda
sudah sadar akan pentingnya syariat dan menerapkannya dikehidupan sehari-hari,
maka negara kita Indonesia akan terhindar dari konflik internal, terhidndari
dari konflik suku, ras, dan antar agama, juga akan menjadi negara yang maju
dari berbagi hal aspek termasuk menguasi teknologi dan menjadi pemegang
peradaban. Itulah upaya pengembalian kejayaan umat Isam yang dapat dimuali oleh
generasi muda Islam sebagai generasi penerus tongkat kejayaan Islam yang telah
lama terkubur dan akan dibangkitkan kembali. Dari mana kita memulai? Yaaa… dari
sekarang dari diri kita sendiri.
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ