-->

Welcome!

I am Putra Riestanop Graphic Designer Marketing Branding Content Creator

View Work Hire Me!

About Me

Graphic Design
Marketing
Development
Who am i

Putra Riestanop

Professional Graphic Designer and Marketing

A graphic design enthusiast majoring in public relations at Diponegoro University. Strong background in several areas, including public speaking, digital marketing, graphic design, and cinematography. Enjoys working in a multi-tasking environment where individual performance is appreciated as well as collaboration between teams. Effective in working on projects in conjunction with operational teams to ensure smooth and efficient operations. Capable of taking on challenging roles within a competitive organization, combining a wide range of experiences, and the desire to further develop one's expertise. .

Services

Graphic Design

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat

Development

Marketing

Public Relations

Our Blog

Ge-Er Sama Tuhan

Ge-Er Sama Tuhan

Semarang, Putra Riestanop. Teman-teman, suatu ketika aku pernah merasa menjadi manusia yang paling diperhatikan oleh Allah. Aku merasakan paling dituruti, atau bahkan merasa paling dimanja oleh-Nya. Padahal aku amat yakin bahwa amalan perbuatanku belumlah seberapa atau mungkin jauh dari kata sempurna, dan baik berdasarkan tuntunan yang ada di Alquran dan sunah. Belum hal-hal yang melanggar syariat dan diharamkan oleh Allah, aku pun masih tetap lakukan. Tapi, mengapa Allah begitu teramat baik kepadaku?  Ternyata jelaslah Allah telah menjelaskan tabiat hamba-Nya yang sepertiku di dalam kalam-Nya.

“Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.” QS. Al-Fajr (15)
“Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “Tuhanku telah menghinaku.” QS. Al-Fajr (16)

Naah, dalam ayat tersebut kita perlu perhatikan bahwa Allah telah memberitahu sifatnya manusia yang sebenarnya sangat selalu ingin hidup nikmat tanpa masalah atau ujian, serta tidak pernah mau mendapatkan kesulitan yang sebenarnya itu adalah ujian, yang berujung berupa cercaan dan jauh dari ungkapan syukur. Jadi, apa yang pernah hinggap dibenak kita saat rezeki lancar, keberuntungan selalu hadir kemudian kita membenarkan bahwa itu kemuliaan dari Allah, namun sebaliknya saat kita ditimpa musibah yang menyulitkan, rezeki tak kunjung datang, bahkan bercucuran air mata yang menjadikan kita berspekulasi dan membenarkan bahwa Allah begitu tidak adil kepada hamba-Nya adalah tabiat yang tidak adil atau bahkan dzalim kepada Allah Subhanahu Wata’ala, naudzubillah.
Teman-teman yang dirahmati Allah, sikap seorang Muslim yang sebaiknya-baiknya ketika mendapatkan kebaikan atau keburukan adalah tetap berpegang teguh terhadap sikap syukur, tawakal, dan radja kepada Allah. Sebagaimana dalam hadis indah berikut.
Dari Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:

 Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya”[ HSR Muslim (no. 2999).

Hadis yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan bersyukur di saat senang dan bersabar di saat susah, bahkan kedua sifat inilah yang merupakan penyempurna keimanan seorang hamba. Abdullah bin Mas’ud berkata:

“Iman itu terbagi menjadi dua bagian; sebagiannya (adalah) sabar dan sebagian (lainnya adalah) syukur” [Dinukil oleh imam Ibnul Qayyim dalam kitab “’Uddatush shaabiriin” (hal. 88)

Jadi... Ge-Er sama Tuhan itu gak boleh yaa? Justru itu boleh banget, Ge-Er itu prasangka yang baik kepada Allah, dan itu yang memang harus selalu ada pada diri kita sebagai hamba. Namun perlu dicatat, kita wajib berprasangka baik dalam semua kondisi, baik ketika ditimpa kebaikan atau nikmat, juga saat ditimpa kesulitan atau musibah. Tujuannya agar apa? Dan mengapa? Tujuannya agar kita tidak binasa karena kekufuran kita itu, pantaskah kita mengkufuri nikmat Allah? yang mana tak bisa kita hitung sejak kita diciptakan, bahkan ujian pun adalah wujud sayang-Nya Allah dan itu menjadi bagian dari suatu nikmat. Bahkan saat sobat semua bisa berkata ‘Nikmat’ saat sobat dapat mengedipkan mata, atau bahkan men-scroll layar gawai itu adalah suatu nikmat. Lantas, saya tanyakan lagi. Pantaskah kita mengkufuri segala hal yang Allah berikan? Tentu sangatlah tidak pantas. Maka ketika bersyukur dalam keadaan apapun, Allah telah menjamin akan menambah limpahan kenikmatan, Sebagaimana firman Allah SWT,
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, maka pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,” QS. Ibrahim (7)
Maka dari itu. Yuk, kita tingkatkan dan selalu besyukur serta selalu berprasangka baik kepada Allah yang lebih mencintai kita melebihi kasih sayang ibu kita sendiri, yang lebih tahu apa yang terbaik untuk diri kita, Yang Maha Tahu keburukan atau kebaikan yang akan datang kepada kita, maka sangat benar menjadi seorang Muslim begitu indah dan baik, karena senang dan dukanya selalu diliputi syukur dan sabar. Selamat ber-Ge-Er setiap saat kepada Allah teman-teman






Back To Way of Life


  Back To Way of Life
(Putra Riestanop)



Di dalam memahami persatuan ummat Muslim kita harus juga memahami kondisi ummat Muslim saat ini. Diantaranya muncul berbagai firqah pada ummat Muslim yang bersemi di berbagai negara di seluruh dunia sehingga memetakan ummat Muslim. Maka persatuan apa yang sebenarnya kita harapkan di dalam ummat Muslim? Maka di era saat ini  tentu solusi persatuan yang hakiki dan menyeluruh yang mana mengikat setiap relung dan jiwa ummat Muslim untuk bersatu padu di dalam menyelesaikan konflik dan penjajahan yang ada sehingga dapat mengembalikan kejayaan Islam yang sempat ditorehkan dan kini menjadi prasasti yang hanya dikenang bagi yang rindu akan masa keemasan itu. Tentu kita tak mau hanya menjadi generasi yang terus mengenang prasasti peninggalan nenek moyang kita namun tak ada keinginan untuk merebut kembali kejayaan ummat Islam dari berbagai aspek, mengambalikan negeri Muslim dari para penjajah kafir, dan membangun peradaban sesuai syariat Islam. Sebagian yang skeptis akan menganggap itu utopis. Tetapi, bukankah Allah telah menjamin akan kemenangan ummat Islam kelak di akhir zaman.
Setelah runtuhnya kekhalifahan terakhir Utsmaniyah di Turki, bagaikan tanda memejamkan mata ummat Muslim sehingga tertidur pulas. Kemudian sampai di era saat ini yang mana eranya pesakitan bagi ummat Muslim di seluruh dunia, kita diperkosa dimana-mana, diambil dan direnggut kekayaan, aset, dan kehormatan kita oleh mereka para musuh Allah. Memang semua itu sudah dinubuatkan oleh baginda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati,” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud).
Sebagaimana sabda beliau nabi shallallahu’alaihi wa sallam yang kini sudah kita lihat kondisi ummat yang memang benar-benar dihancurkan dari berbagai sudut oleh orang-orang kafir, dengan adanya berbagai konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia. Seperti penjajahan yang masih ada sampai saat ini oleh negara hoax Israel kepada Palestina, genosida oleh pemerintahan komunis Tiongkok kepada ummat Muslim Uighur, genosida pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohingya, konflik Suriah yang sangat rumit dan memakan banyak korban ummat Muslim, serta konflik antara Yaman dan Arab juga sekelumit permasalahan lainnya di dunia yang juga kini menjangkiti ummat Muslim di Indonesia seperti banyaknya ummat Islam di Indonesia tapi hanya sedikit yang memahami agamanya, banyaknya ummat Islam tapi kebanyakannya penganut sekuler dan liberal. Kemudian, permasalahan lainnya dewasa kini yang menjangkiti ummat Muslim di berbagai belahan dunia diantaranya, kemiskinan, ketertinggalan teknologi, akhlak yang buruk, pendidikan yang parah, pergaulan yang amburadul yang menjadikan kaum Muslim terpuruk dimana-mana.
Maka dari itu, ada sesuatu yang mendasar yang telah lama hilang di dalam ummat Muslim itu sendiri. Di dalam sejarah peradaban dunia, apabila mengalami kemajuan maka yang perlu diperhatikan adalah kesamaan taraf berfikir, yang mana mengalami peningkatan. Taraf berfikir yang seperti apa yang dimaksud? Taraf berfikir yang dimaksud yaitu konsep atau cara pandang seseorang terhadap kehidupan yang lazim disebut way of life. Maka untuk menyatukan ummat yang sudah terpecah belah, langkah sederhana diawali dari diri sendiri melalui peningkatan konsep hidup agar berdasarkan jalan yang haq yaitu Islam. Karena setiap individu adalah partikel  dari berdirinya ummat. Jika setiap individu Muslim sudah hancur akidahnya, maka imbasnya akan menjadikan satu ummat yang juga hancur akidah nya.
            Kita harus memahami bahwasanya way of life seorang Muslim adalah jalan hidup individu yang berdasarkan tuntunan pedoman kehidupan yaitu Alquran dan hadis. Karena Alquran adalah kitab yang sudah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia juga solusi permasalahan ummat, begitupun di dalam hadis Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Jika seorang Muslim sudah berikrar hidup berdasarkan jalan lurus yaitu Islam, maka akan memahami tujuan penciptaan manusia oleh Allah yaitu tidak lain hanya untuk beribadah. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Untuk mewujudkan hidup untuk beribadah kepada Allah maka di dalam bersikap, berprilaku harus berdasarkan aturan dan hukum Islam, serta segala aktifitas seorang Muslim tidak akan lepas dari beribadah termasuk di dalam bermuamalah dengan sesama Muslim. Maka imbasnya, akan muncul rasa kecintaan terhadap agamanya sendiri, sehingga segala apapun yang berkaitan dengan Islam dan ummat akan di prioritaskan di atas apapun, sehingga dapat menjadi pelopor dari persatuan ummat Muslim. Akan tetapi pemahaman individu Muslim mengenai tujuan diciptakan manusia untuk beribadah kepada Allah, melaksanakan ibadah sesuai tuntunan baginda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dewasa kini tidak menjadi pegangan dan prinsip hidup setiap individu.
Banyak narasi yang dilakukan orang-orang kafir untuk menjatuhkan ummat Muslim yang mana berdasarkan hadis mereka memang telah dihilangkan rasa takutnya terhadap kaum Muslim. Mereka para musuh Allah tahu betul jika ummat Islam kembali kepada way of life seorang Muslim akan menghasilkan persatuan ummat yang solid dan tak terkalahkan seperti masa kejayaan ummat Islam dahulu. Maka dari itu, saat ini prinsip hidup setiap muslim sudah dikotomi oleh berbagai paham-paham asing yang mana disalurkan melalui peran media yang begitu masif, tontonan-tontonan yang tidak pantas, pembodohan tersistematis melalui buku-buku pelajaran, sehingga imbasnya setiap diri Muslim akan kehilangan jati dirinya serta izzah sebagai seorang Muslim, kebanyakan kini berlomba-lomba di dalam mencari kebahagiaan dunia dengan cara yang jauh dari ajaran Islam bahkan diharamkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala, banyak yang lupa untuk apa diciptakan dan tidak menjadikan Islam sebagai landasan utama di dalam menjalankan hidup.
Selain itu setiap Muslim kehilangan identitas dirinya dan rasa bangga sebagai seseorang yang beragama yang haq dan diridai Allah yaitu Islam. Sehingga menjadikan setiap individu Muslim hanya sebatas menjadikan agama sebagai ritual keagamaan atau lebih parahnya kini banyak yang beranggapan iman cukup dihati dan agama tidak boleh dibawa-bawa keberbagai sendi kehidupan. Maka imbasnya kebanyakan orang-orang Muslim kini bersikap apatis terhadap agamanya sendiri dan sesama Muslim. Padahal kita tahu di dalam Islam antara satu Muslim dengan Muslim yang lain adalah satu kesatuan yang utuh, yang mana Allah jadikan ummat Islam sebagai ummat terbaik.
Konsep way of life a Muslim adalah konsep yang berisi akumulasi nilai-nilai dan aturan hidup Muslim yang kaaffah akan agama Islam.  Sehingga jika setiap individu sudah menjadi seorang Muslim yang kaaffah, maka sudah tak ada keraguan lagi terhadap Alquran dan hadis, kemudian akan dengan tersistematis muncul keinginan persatuan ummat diatas segalanya.
Bayangkan jika setiap Muslim sudah menjalani hidup dengan Alquran dan sunnah yang mana menjadi way of life seorang Muslim. Maka di dalam bermuamalah tidak akan terjadi konflik, tidak akan ada ketegangan antar firqah, dan tidak akan ada saling sinis, yang dapat meruntuhkan Ukhuwah Islamiyah. Namun sebaliknya, ketika seorang Muslim sudah tidak mengenal jalan hidupnya sebagai seseorang yang memiliki pedoman hidup yaitu Alquran dan hadis, maka akan mudah terjadi perpecahan ummat, mudah di adu domba, saling mencaci, dan imbasnya tentu sikap in-group terhadap kelompoknya dan out-group terhadap kelompok lain padahal sesama beragama Islam. Selain itu, saat seorang Muslim tidak mengambil way of life a Muslim di dalam menjalani  hidup akan kehilangan tujuan arah hidup, akan dilenakan oleh dunia, terserang penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati), menganut ideologi asing yang mencemari pemikiran yaitu sekulerisme dan liberalisme. Maka hal-hal itulah yang menjadi penghambat persatuan ummat karena hilangnya izzah dan ghirah sehingga memunculkan sikap apatis dan tak ingin bahu membahu bersatu di dalam menyelesaikan permasalahan yang diderita kaum Muslim yang sedang di zalimis, bahkan tidak melakukan pembelaan saat agamanya di nistakan oleh orang kafir dan munafiq.
Perlu kita ketahui bahwa way of life inilah yang akan mengikat ummat menjadi satu kesatuan kolektif, juga di dalam kesamaan pemikiran sehingga menjadi suatu dasar di dalam menumbuhkan kepekaan dengan sesama Muslim tanpa lagi melihat perbedaan firqah, perbedaan ras dan suku, melainkan melihatnya persamaan yaitu sama-sama beragama Islam, yang mana patut dikasihi, dihargai, dibantu dan menjalin kerjasama membangun peradaban. Maka dari itu persatuan ummat Muslim untuk membangun kembali kejayaan bukanlah suatu yang utopis, hal tersebut dapat diwujudkan dari kesadaran setiap individu Muslim di dalam menjalani hidup apakah sudah berdasarkan jalan Islam atau justru mengikuti jalan kesesatan. Karena setiap individu itulah yang akan memberi respon terhadap individu lainnya, apabila seseorang sudah berislam dengan baik atau secara kaaffah maka dia akan menjadi pribadi yang mementingkan persatuan ummat, dan berupaya berdasarkan keahliannya memberi andil membangun kembali kejayaan Islam. Dengan mengambil jalan hidup sesuai dengan Islam pulalah yang membentuk generasi rabbani dan madani dengan kualitas keimanan dan akidah yang baik. Sehingga Palestina merdeka menjadi nyata, juga konflik saudara sesama Muslim tidak ada lagi, Islam akan menjadi agama yang rahmatan lil ‘alamin bagi seluruh semesta alam saat ummatnya bangkit dan menjadi pengendali dunia, karena itu adalah sunnatullah yang perlu di perjuangkan.



Daftar Pustaka
Siauw, Felix. 2010. Beyond the Inspiration. Khilafah Press. Jakarta.
Saefullah, Saad. 2017. Umat Islam Akhir Zaman Seperti Buih di Lautan. Artikel. Dikutip dari https://www.islampos.com/umat-islam-akhir-zaman-seperti-buih-di-lautan-45530/. 22 Oktober.


“Mengembalikan Islam Pada Muslim Indonesia”



“Mengembalikan Islam Pada Muslim Indonesia”

Pemuda adalah generasi penyembuh setelah sakitnya peradaban, pemuda adalah generasi pembawa perubahan dengan gagasan-gagasan yang dimilkinya, dan pemuda adalah bagian yang teramat penting didalam Islam didalam pengembalian kejayaan Islam yang hilang yang mana dahulu menjadi cahaya didalam kegelapan peradaban. Dengan semangat yang dimilki, serta idelalisme perjuangan yang tertanam, energi yang berkobar, dan semangat yang dimiliki pemuda dapat menjadi sumber utama modal mengejar ketertinggalannya umat Islam khususnya Indonesia dari negara-negara lain.

Tetapi kini banyak pemuda yang telah teracuni oleh mereka yang memilki upaya-upaya untuk memperlambat kebangkitan umat Islam atau bahkan agar umat Islam terus tertidur, maka kita dapat melihat kenyataannya saat ini negara kita masih dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan, dan ketertinggalan padahal negara Indonesia memilki banyak potensi untuk menjadi negara makmur dan maju baik dari segi sumber daya alamnya maupun dari sumber  daya manusianya. Apa sebab dari itu semua? Apakah hal tersbut terjadi karena umat Islam sendiri yang tidak menerpakan nilai-nilai Islamnya dikehidupan sehari-hari?

Ada pendapat dari seorang ulama besar Islam Syekh Muhammad Abduh Rahimahullah berpendapat bahwa "Aku melihat ada Islam di Barat tapi tak ada Muslim, dan ada Muslim di Arab tapi tak ada Islam".  Memahami konteks dari ucapannya yaitu di negara-negara yang bukan dominan beragama Islam atau Islam sebagai minoritas tetapi tampak diaplikasikannya nilai dan ajaran islam itu sendiri terkecuali khususnya didalam beribadah. Yang mana pola prilaku, kebiasaan, adab, dan etos yang seharusnya ada pada umat Islam justru dilakukan oleh mereka yang tidak beragama Islam.

Tapi sebaliknya di negara-negara yang mayoritas Islam bahkan negara itu adalah negara Islam tidak tampak implementasi dari ajaran Islam itu sendiri, baik didalam penguasaan Iptek, pola prilaku, dan nilai sosial. Padahal sejatinya perintah untuk berprilaku Islami contohnya hidup disiplin, rajin membaca buku, belajar tekun, tidak membuang sampah sembarangan, jujur, ramah, profesional, dan nilai etos lainnya adalah bagian dari syariat Islam. Maka dapat dikatakan umat Islam di negara-negara Arab atau di negara lainnya yang mayoritas Islam seperti di Indonesia belum bisa mengaplikasikan secara utuh nilai-nilai yang terdapat di Al-Qur’an dan Sunnah.

Jauh dari syariat Islam merupakan sebab tertinggalnya negara-negara mayoritas beragama Islam dan sebab adanya gejala konflik sosial  di masyarakat, karena tidak adanya gagasan pola prilaku  yang dijunjung oleh masyarakat sehingga menjadikan setiap individu muslim kehilangan pegangan bersikap dan berpilaku. Namun, syariat Islam banyak diadopsi oleh negara-negara Barat didalam pencapaian orientasi kehidupan duniawi seperti dalam hal bisnis, perpolitikan, pendidikan, militer, dan pola prilaku masyarakatnya yang menghasilkan nilai-nilai luhur. Teringat pada saat Islam dahulu menguasai dunia yang mana peradaban maju dibawa oleh orang-orang Islam itu sendiri.

Di Andalusia tepatnya di kota Cordoba dahulu dikenal layaknya kota Paris dewasa kini yang modern, terang benderang, begitu indah dan tertata rapi tapi sebaliknya Paris saat itu begitu kumuh, tidak banyak menarik perhatian, dan orang-orang Eropa saat itu sangat minim pengetahuan, tidak faham akan kebersihan dan sistem sanitasi, begitupun pengelolaan secara kelembagaan sosial kemasyarakatan di Eropa masih dipennuhi perbudakan serta intimidasi dan klasifikasi antara raja yang, tuan tanah, dan rakyat jelata, bahkan orang-orang Eropa dahulu menganggap bumi itu datar dan bumi sebagai pusat nya, sebaliknya di negara-negara Islam (golden age) sudah banyak menguasai mengenai Astronomis, sudah mengetahui bahwa bumi itu bulat melalui penemuan yang dilakukan oleh Al Biruni dan bumi bukan pusat dari benda-benda planet yang mana ada tata surya atau sistem yang mana matahari sebagai pusat dari perderan benda-benda disekelilingnya termasuk bumi. Pelbagai enemuan muncul para penemu-penemu hebat dibidangnya dari mulai Sains, Matematika, Kedokteran, Astronomi, Kebumian, Ekonomi, Sosial, dan Sastra di era abad pertengahan.


Benua Eropa saking tertinggalnya (Dark age) menganggap mandi adalah aktfitas aneh yang kemudian mandi dan bersiwak dikenalkan oleh orang-orang-orang Islam dari bangsa-bangsa teluk Arab dan Andalusia. Dari waktu kewaktu, rezim ke rezim, sampai terjadi berbagai revolusi. Banyak sekali pemerkosaan didalam tubuh umat islam itu sendiri, Saat ini umat Islam banyak yang terlena, atau bisa dikatakan tertidur pulas. Nilai dan norma Islam yang luhur luntur di umat muslim tapi bersemi di negara-negara barat atau di beberapa negara Asia yang sudah maju.

Keadaan berubah, kejayaan umat Islam terenggut seiring perubahan peradaban. Dahulu kejayaan dari mulai masa Rasulullah Shalallahu’alaihi Wa Sallam, kemudian Khulafaurasyidin, Umayyah, Abbasiyah, masa Ummayyah di Andalusia, sampai ke era terakhir Utsmaniyyah di Turki yang telah menorehkan banyak penemuan diberbagai keilmuan. Namun sejak renaisans bergelora di Italia dan kemudian terjadi runtuhnya Utsmani menjadi titik awal umat Islam tertidur. Kita tahu bahwa memang saat-saat dimulai jatuhnya umat Islam yaitu saat Kekhalifahan Bani Umayyah di Andalusia yang berhasil direbut oleh kekaisaran Byzantium, yang mana ibu kota Cordoba berhasil direbut pula dengan segudang buku-buku hasil buah piker para saintis Islam, juga pembakaran buku-buku milik umat di perpustakan dinasti Umayyah oleh  prang-orang katolik yang berhasil menduduki kota Cordoba. Hingga akhirnya orang-orang barat banyak yang mengadopsi hasil jerih payah dari para filsuf juga ilmuwan Muslim dengan mengubahnya secara orientalis dan penerapan nilai-nilai sekuleris di dalam teori-teori keilmuan yang ada.

Dampaknya, umat Islam sendiri di era modern yang telah termakan upaya-upaya pihak barat yang ingin menidurkan umat Islam itu sendiri agar bersikap konsumtif dan tidak kreatif atau inovatif. Padahal mereka orang-orang barat telah mngggunakan kebiasaan etos dari umat Islam itu sendiri agar berdiri di depan umat Islam, agar memimpin peradaban, agar memenangkan peradaban dengan cara menggugankan nilai-nilai dari syariat Islam itu sendiri. Maka itulah proses tertukarnya pola nilai-nilai peradaban yang terjadi yang sejatinya umat Islam menjadi penyokong peradaban era modern kini.

Sehingga peran pemuda muslim lah yang dapat merubah kondisi umat Islam dewasa kini khususnya di Indoneisa. Karena pemuda adalah sosok yang mempunyai jiwa penggerak, perubah, yang didasari oleh rasa kepedulian dan ikatan batin karena merasa sedih melihat kondisi masyarakat yang lalai akan hakikat hidup dan terhadap implemntasi ajaran islam yang sesungguhnya, sehingga mereka terbuai oleh impian dan angan-angan semu dalam tidur lelap mereka.

Maka, seorang pemuda yang mempunyai jiwa penggerak akan membangunkan dan berusaha menyadarkan saudaranya dari kelalaian. Sehingga dia pun tidak rela dan tinggal diam melihat musuh – musuh Islam leluasa mengibarkan sayap-sayap kebatilan yang menjadikan umat Islam jauh dari ajarannya dan mereka ingin mematikan cahaya Islam dan memperdaya kaum muslimin, bahkan ia akan membangkitkankan semangat perjuangan dakwah sebagai bukti kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Pemuda muslim dengan melakukan dakwah secara kultural dan secara structural merupakan upaya jitu didalam pengembalian “Islam” di tubuh umat muslim. Islam adalah seluruh proses ajaran syariat yang berdasarkan Al Qur’an dan Hadist, tetapi muslim adalah subjek atas deklarasi sebagai Islam yang sudah terucap secara dzahir dan qalbu. Keduanya harus ada pada setiap individu.
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh generasi muda Muslim didalam upaya pengembalian nilai Islam, diantaranya adalah.  

Mengembalikan Budaya Akademis
Budaya akademis merupakan kegiatan keilmuan yang rutin dilakukan oleh orang-orang Islam sejak dahulu, mereka banyak menghabiskan waktu dengan Research and Discovery  yang mana dasar didalam penelitian melalui sumber Al-Qur’an juga mela lui hadist-hadist nabi. Para umat terdahulu dipenuhi nafsu mencari ilmu, banyaknya yang hafal Al-Qur’an dan kitab Sunnah, juga rutin membaca buku atau membuat buku. Maka tak heran pada abad pertengahan saat itu muculah para ilmuwan Muslim yang mana teorinya begitu penting dan berpengaruh di era modern saat ini, seperti Ibn Sina sebagai bapak dokter (980 – 1037), Al-Khawarizmi sebagai ahli Matematika sekaligus penemu angka 0-9 (780-850), Jabir Ibn Hayyan ahli Kimia (721-815), Ibnu al-Nafis ahli medis (1213 – 1288), Ibnu Khaldun sebagai ahli Sosiologi (1332 – 1406), serta masih banyak para ilmuwan Muslim lainnya dari berbagai keilmuan yang telah memberikan banyak kontribusi didalam pembangunan peradaban hingga mencapai era modernisasi saat ini.

Akan tetapi nyatanya, saat ini budaya akademis yang sejak dahulu menjadi pelopor kemajuan umat Islam semakin ditinggalkan ditengah kemajuan teknologi dan informasi. Segala penemuan dan pengembangan ilmu pnegetahuan tak lagi dipegang oleh orang-orang Islam, cahaya ilmu meredup dikalangan umat Muslim itu sendiri, atau bahkan umat Muslim yang tidak lagi berselera akan khazanah ilmu, maka kita cukup banyak tertinggal dan banyak dijatuhkan oleh negara-negara yang sedang menguasai era modern saat ini.

Maka dari itu, siapa lagi yang akan merubah dan mengembalikan kejayaan Islam didalam keilmuan? Jawabannya tentu para generasi penerus Muslim yang memilki Ghiroh dan Azzam terhadap Islam itu sendiri, sehingga mereka memilki kepedulian yang tinggi dengan cara merubah etos pribadi agar mau belajar dan menambah kualitas diri dengan penuh wawasan keilmuan. Sumber ilmu adalah Al-Qur’an maka langkah awal menjadikan para generasi muda agar mencintai Al-Qur’an, mempelajari, memahami, serta mengamalkan kandungan didalamnya. Kemudian, dari generasi muda Muslim yang haus akan ilmu, menerapkan budaya membaca buku, Research and Discovery, serta berinovasi dari hasil proses berfikir dan mencari ilmu.

Dakwah Kultural
Upaya ini adalah dengan mengimplementasikan nilai-nilai dan teori yang ada didalam praktek beragama Islam. Pemuda sebagai agent of change dapat membawa pengaruhnya di lingkungan. Dimulai dari hal sederhana didalam penerapan ajaran Islam (dakwah kultural) seperti solat tepat waktu secara berjamah di masjid, mengikuti kajian-kajian,  tidak telat menghadiri perkuliahan, menggunakan helm saat berkendara motor, tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencontek saat ujian,  

Maka dengan me-recovery hal-hal sederhana tadi tapi berdampak besar apabila perindividu melakukan demi menciptakan lingkungan yang madani. Karena salah satu penyebab syariat luntur karena lingkungannya sendiri yang jauh dari penerapan nilai-nilai Islam. Maka secara otomatis dampaknya akan diadopsi dengan sendirinya dari generasi ke generasi apabila ada generasi yang memulainya. Ibaratnya, generasi perubah adalah pemutus mata rantai keburukan pola budaya buruk dimasyarakat dengan me-setting ulang melalui aksi nyata dakwah secara sikap atau kultural oleh generasi muda Muslim.

Dakwah Struktural
Dakwah secara structural merupakan dakwah yang disampaikan melalui mekanisme teknik dakwah itu sendiri, baik secara oral langsung atau tidak langsung melalui media. Dakwah ini pun dapat menjadi media mengenalkan syariat Islam kepada masyarakat awam oleh para generasi muda. Dakwah structural secara oral dapat dengan mengadakan kajian-kajian di berbagai tempat, atau mengundang para tokoh yang ahli untuk berdakwah. Selain itu dapat juga dakwah ini dikemas secara kreatif dengan bantuan teknologi media, seperti dengan membuat video kreatif dakwah oleh para pemuda, membuat video animasi dakwah, film pendek dakwah, poster dakwah, yang mana kini memanfaatkan teknologi informasi yang di upload di media sosial, Sehingga sasaran nya pun dapat meluas ke berbagai kalangan. Jika dakwah structural secara oral langsung tadi sasarannya adalah jamaah atau masyarakat sekitar sedangkan dakwah structural dengan memanfaatkan teknologi sasarannya adalah mereka para penggunan aktip media sosial di berbagai wilayah.


Membentengi dari Ideologi Asing
Upaya  agar tidak menggunakan ideology asing yang mana tak adanya syariat Islam, bersifat menjauhkan dari Islam merupakan mesin-mesin penghancur peradaban umat Islam, Indonesia dengan azas Pancasilanya yang mana Pancasila merupakan ideologi yang dianut dan dipegang teguh. Pancasila pun merupakan cermin dari perwujudan syariat Islam. Maka perlu pengembaliannya kepada Genuine of Pancasila atau Pancasila yang sebenar-benarnya sesuai dengan tujuan dibentuknya oleh para founding fathers bangsa Indonesia yang mana dahulu berupaya agar menjadikan negara Indonesia adalah negara yang rakyatnya dapat berpola prilaku berdasarkan nilai-nilai dari sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang merupakan wadah dari sila kedua sampai kelima, maka artinya dalam bermasyarakat harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist (Syariat Islam) secara menyeluruh dari mulai proses beribadah sampai kepada sikap, watak, dan prilaku individu di masyarakat yang harus sesuai Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Maka dari itu, wajib bagi generasi muda membentengi diri dari ideologi asing seperti komunis, sekulerisme, dan liberalisme yang justru meruapakan sebab-sebab utama dari kemunduran umat Islam, sebab dari kita yang dahulu merupakan penguasa peradaban tapi kini menjadi penonton peradaban atau bahkan pengemis dari peradaban.

 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra’d:11).
Dari ayat tersebut adalah suatu kepastian bahwa suatu kaum di suatu bangsa jika ingin berubah menjadi lebih baik dengan seizing Allah maka perlu adanya aksi atau upaya. Karena Allah Subhanahu Wata’ala yang akan merubahnya dan itu merupakan hal yang mudah bagi Allah, sekalipun umat Islam tidak berupaya ingin berubah tapi Allah  ingin menjadikan umat Islam ini menang dan menguasai dunia, itu merupakan hal yang sangat mudah bagi Allah.
Tapi, bukan seperti itu tipe hidup di dunia, karena Allah telah menjadikan dunia sebagai ujian yang harus dilalui oleh manusia khususnya orang-orang beriman dunia adalah tempat untuk berlelah-leha bukan tempat untuk berleha-leha, maka sudah sunatullah apabila suatu kaum ingin bangkit dan maju perlu adanya keinginan berubah dan upaya merubah kaumnya sendiri, maka kita sebagai orang-orang yang beriman, kita sebagai pemuda harus berupaya penuh dengan segenap jiwa dan raga, dengan segala kemampuan yang kita milki untuk mengembalikan kejayaan Islam. Upaya yang dapat dilakukan oleh generasi Muslim yaitu dengan mengambil alih berbagai sektor tentu dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah, beribadah sesuai Al-Qur’an dan Hadist, meningkatkan kualitas secara wawasan, kualitas etos kerja, dan menerapkan kembali nilai-nilai luhur Islam yang saat ini sedang dipakai oleh mereka orang-orang di negara maju.
Jika para pemuda sudah sadar akan pentingnya syariat dan menerapkannya dikehidupan sehari-hari, maka negara kita Indonesia akan terhindar dari konflik internal, terhidndari dari konflik suku, ras, dan antar agama, juga akan menjadi negara yang maju dari berbagi hal aspek termasuk menguasi teknologi dan menjadi pemegang peradaban. Itulah upaya pengembalian kejayaan umat Isam yang dapat dimuali oleh generasi muda Islam sebagai generasi penerus tongkat kejayaan Islam yang telah lama terkubur dan akan dibangkitkan kembali. Dari mana kita memulai? Yaaa… dari sekarang dari diri kita sendiri.
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ







Peningkatan Inovasi dan Produktifitas Para Akademisi


Peningkatan Inovasi dan Produktifitas  Para Akademisi
picture from google
Sudah bukan sesuatu yang lumrah lagi bahwa lingkungan akademis Indonesia telah mencetak pelbagai ilmuwan dan para ahli di bidangnya. Namun, budaya riset didalam kalangan akademisi Indonesia dewasa kini masih masih sebatas produksi prototype, rancangan, atau sebagai ajang kejuaraan di olimpiade saja. Hal tersebut dimulai dari lingkungan sekolah sampai setingkat perguruan tinggi.
Padahal, apabila kita melihat data, sudah banyak penemuan-penemuan di berbagai bidang keilmuan oleh para akademisi tetapi kabar tersebut sebentar terdengar kemudian hilang kemudian. Sehingga ada yang salah dari konsep para cendekiawan kita yang sejatinya memilki kesempatan yang sama dengan mereka para cendekiawan dari luar. Mungkin bukan sesutau yang mustahil karena dari 265 juta penduduk (data proyeksi Bapennas) yang mana usia-usia produktif lebih besar dan juga mereka mengenyam pendidikan tinggi meningkat menjadi modal bonus demografi, maka perlu dioptimalkan dalam sektor akademik didalam peningkatan kualitas.
Pengoptimalan kualitas para akademisi adalah dengan merubah mindset saat melakukan aktivitas akademis yang produktif memilki target pencapaian dan bersifat berkelanjutan. Dengan begitu para ilmuwan dibidangnya dapat mengoptimalkan fungsinya  Karena di era revolusi industry 4.0 tantangan terberat kita adalah semakin ketatnya persaingan-persaingan di era industry yang mengharuskannya produktivitas dan inovasi di bidang sains teknologi maupun sosial. Sekarang bukan lagi sekedar menemukan, kemudian diperkenalkan untuk sekedar mendapat sebuah nobel penghargaan, tapi seorang akademisi dituntut lebih dari itu. Menjawab kebutuhan masyarakat.
Maka para kaum cendekiawan kita sejatinya sudah mumpuni, tapi perlu adanya pengembangan hasil risetnya menjadi barang-barang yang dapat massif produktif dengan disertai inovasi menjawab kebutuhan dan tuntutan zaman yang harus semakin efisien dan cepat. Karena di revolusi industry 4.0 peran manusia adalah kendali dari segi konseptual yang dikerjakan oleh tangan-tangan robotika dan mekanisme mesin, atau melahirkan inovasi produk sosial yang meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Tentu hal tersebut adalah buah kerja dari dasar keilmuwan dan teori yang dikembangkan oleh para ilmuwan kita yang memilki mindset riset inovasi dan produksi secara massif. Maka pola budaya akademisi mengalami perkembangan seiring dari semakin modern dan meningkatnya peran teknologi di dalam industri dan aktivitas masyarakat.
Maka dari itu, untuk merubah konsep kaum intelektual kita agar mau inovatif dan produktif dapat dimulai dari lingkup terendah yaitu sekolah sampai perguruan tinggi dengan adanya pembiasaan budaya vocational disamping teoritis, karena dengan adanya pembiasaan tersebut akan melatih para kaum intelektual kita menjadi lebih progresif didalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang akademisi dan tentunya memilki tujuan untuk berkontribusi langsung di masyarakat melalui berbagai penemuan baik dibidang sains teknologi, budaya, dan sosial masyarakat.





Contact Us

Phone :

+20 010 2517 8918

Address :

3rd Avenue, Upper East Side,
San Francisco

Email :

email_support@youradress.com

View Blog

Search This Blog

copyright 2017 Putra Riestanop. Powered by Blogger.

Ge-Er Sama Tuhan

Ge-Er Sama Tuhan Semarang, Putra Riestanop. Teman-teman, suatu ketika aku pernah merasa menjadi manusia yang paling diperhatikan ol...

Ads